Sukses Kampung 3G, Bukti Indonesia Raya Tak Cukup Hanya Dinyanyikan

Bambang Irianto

Dia pun sempat mendapat cap sebagai diktator dan pelanggar hak asasi manusia, namun semua itu diabaikannya. Niatnya yang tulus disertai tekad membara, membuatnya teguh menyerukan penghijauan.

Seiring berjalannya waktu, meski dengan terpaksa dan apa adanya, setiap rumah warga memiliki tanaman. Pola pikir warga juga mulai berubah. Ini berdampak pada beragam program inovasi kemandirian mampu berjalan lancar.

“Banjir biasanya diatasi dengan membuat saluran air. Kami justru membuat agar air hujan bisa masuk tanah melalui biopori. Semua dari barang bekas. Ada sumur injeksi juga,” papar alumnus Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (UB) ini.

Kini, setiap hujan turun, minimal 100 ribu liter air mampu terserap ke tanah. Program ini disebut Gerakan Menabung Air (Gemar) yang sempat menjadi sorotan dunia ketika masuk nominasi Guangzhou Award 2016 lalu.

Kampung 3G pun menuai tuah bagi warga. Banyaknya masyarakat yang belajar di kawasan itu, berdampak pada meningkatnya kas RW. Dari hasil kunjungan studi, kas RW tembus sampai Rp 1 miliar.

“Akhirnya kami bangun koperasi warga. Satu per satu rentenir keluar dari kampung. Inilah bukti Pancasila dalam tindakan masuk ke lorong-lorong kampung. Lagu Indonesia Raya tidak cukup hanya dinyanyikan, tapi harus dipraktikkan,” pungkasnya.(Coi/Yei)