Sidak Pasar Temukan 5 Jenama Beras Mencurigakan

MALANGVOICE– Peredaran beras oplosan marak di sejumlah wilayah mengakibatkan konsumen merugi. Lantaran ada perbuatan curang dengan mencampurkan beras medium dengan berkualitas tinggi.

Upaya antisipasi digelar Satgas Pangan Kota Batu terdiri dari Polres Batu dan Pemkot Batu melalui operasi sidak pasar mencegah peredaran beras oplosan yang tidak memenuhi standar mutu premium.

Satgas Pangan melakukan sidak pasar di beberapa tempat. Seperti di sejumlah toko yang berada di Pasar Induk Among Tani, jaringan toko ritel modern hingga distributor beras. Hasilnya tidak ditemukan beras oplosan di pasar tradisional. Meski begitu, ada beberapa jenama beras mencurigakan yang ditemukan petugas di Indomart dan Hypermart. Petugas gabungan meminta pihak toko untuk tidak memajang lima jenis jenama beras di etalase.

Pecinta Otomotif di Malang Raya Dukung Penuh Moreno Soeprapto Jadi Ketua Umum IMI

Antara lain beras Sania harga Rp73,5 ribu kemasan 5 kilogram sebanyak 3 sak. Beras Ayana Pandanwangi seharga Rp74,5 ribu kemasan 5 kilogram sebanyak 9 sak. Beras Topi Koki Long Grain Crystal seharga Rp74,5 ribu kemasan 5 kilogram sebanyak 10 sak. Beras Sentra Ramos Hypermart seharga Rp74,5 ribu kemasan 5 kilogram sebanyak 15 sak. Terkahir, beras Sentra Ramos Cap Topi Koki seharga Rp298 ribu kemasan 20 kilogram sebanyak 2 sak.

“Pihak toko diminta menurunkan dan tidak menjual kelima merk beras tersebut untuk diperiksa lebih lanjut terkait kesesuaian mutu beras dengan label premium yang tertera,” ujar Kasat Reskrim Polres Batu, Iptu Joko Supriyanto.

Joko melanjutkan, jika kemasan beras tersebut memang terlihat rapi dilengkapi dengan klaim beras premium. Namun kata dia, belum tentu isi dalamnya setara atau bahkan oplosan dari beras kualitas medium. Ditambah lagi dijual dengan harga miring.

”Sebab itu, masyarakat perlu waspada. Apabila ada temuan mencurigakan, silakan lapor ke hotline Satgas Pangan. Jangan tergoda harga murah, tapi kualitas meragukan,” imbau Joko.

Sementara itu, Kabid Perdagangan Diskumperindag Kota Batu, Nurbianto Puji menambahkan, bahwa pengawasan di lapangan sejauh ini masih sebatas fisik dan label luar. Tapi untuk menguji kualitas premium, tetap harus melalui uji laboratorium.

“Beras premium seharusnya bersih, minim menir, tidak berbau dan tentu tidak tercampur dengan beras lain. Tapi kadang, secara visual sangat sulit membedakan. Apalagi jika pengemasannya rapi,” jelasnya.

Hanya saja dalam mengawasinya, Kota Batu perlu kerja ekstra keras karena produsen beras berasar dari luar daerah. Meski begitu, pihaknya melakukan strategi seperti pemantauan takaran atau gramasi beras. Sementara untuk menguji akurasi kemasan, diperlukan minimal 20 sampel dari merek yang sama.

”Namun langkah ini butuh waktu dan koordinasi dengan laboratorium pengujian milik Pemprov Jatim. Sekarang kami masih menunggu hasil uji lab-nya. Itu yang akan menentukan, apakah produk ini layak ditarik dari pasaran atau tidak,” jelasnya.(der)

Berita Terkini

Arikel Terkait