MALANGVOICE– Sejumlah pedagang kaki lima (PKL) yang berada di sekitar Sultan Agung ditertibkan Satpol PP Kota Batu, Jumat (29/11). Dalam penertiban ini, Satpol PP turut dibantu TNI-Polri dan instansi terkait. Tim gabungan tersebut membongkar lapak-lapak milik PKL, beberapa diantaranya dibongkar mandiri oleh pemilik.
Kepala Satpol PP Kota Batu, Abdul Rais mengatakan, pihaknya memberikan peringatan sebelumnya, agar para PKL membongkar secara mandiri. Hingga akhirnya, Tim Gabungan bertindak tegas dengan melakukan pembongkaran di sekitar Jalan Sultan Agung. Penertiban itu bagian tindak lanjut dari kegiatan serupa yang dilakukan sebelumnya.
Para pedagang pun hanya bisa menerima tanpa perlawanan saat lapaknya dibongkar oleh petugas. Mengingat sebelum ditertibkan oleh petugas, para pedagang sudah mendapatkan peringatan.
Perolehan Suara Nurochman-Heli Unggul di Tempat Mas Gum Mencoblos
“Kami telah meminta kepada PKL yang beroperasi di kawasan Jalan Sultan Agung untuk membongkar warung mereka secara mandiri. Setelah beberapa kali peringatan, kami bersama tim gabungan akhirnya melakukan pembongkaran,” ungkap Abdul Rais.
Lebih lanjut, Abdul Rais juga menyatakan agar para PKL yang kiosnya dibongkar dapat mengambil barang-barang mereka yang tersisa di Kantor Satpol PP. Para pedagang diharuskan membawa identitas diri, termasuk KTP, sebagai syarat untuk mengambil barang-barang tersebut.
“Langkah penertiban ini diharapkan dapat menciptakan kembali ketertiban di jalanan dan memberikan ruang bagi pengembangan perekonomian di Kota Batu tanpa mengabaikan estetika dan kenyamanan publik,” pungkas Rais.
Hariyono, salah satu PKL yang menjual Pangsit Mie, mengungkapkan kekecewaannya setelah pembongkaran warung yang telah ia tempati selama tiga tahun.
“Mestinya sebelum dilakukan pembongkaran, Satpol PP memperingatkan lebih dulu, tidak langsung dilaksanakan tanpa pemberitahuan. Saya sudah tiga tahun di sini dan belum pernah ada teguran atau peringatan,” tegas Hariyono saat ditemui setelah kejadian tersebut.
Kekecewaan Hariyono merefleksikan nasib banyak pedagang kecil lainnya yang bergantung pada usaha mereka di tepi jalan. Ia menambahkan, selama ini usaha yang dijalankannya bukan hanya sebagai sumber penghasilan, tetapi juga sebagai bagian dari kehidupan sosial masyarakat sekitar.
“Saya menjual Pangsit mie ini demi menghidupi keluarga dan istri saya yang sekarang lagi sakit, setiap minggu istri saya selalu rutin cuci darah di Rumah Sakit” ungkap warga kelurahan Sisir ini.
Hariyono pun melanjutkan aktivitasnya dengan harapan bisa menemukan lokasi baru untuk melanjutkan usaha dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Dia berharap agar pihak berwenang dapat lebih mempertimbangkan situasi pedagang kecil dalam setiap kebijakan yang diambil. Sehingga tidak ada lagi ketidakpuasan yang menyertai setiap keputusan yang diambil.
Menurut dia, tidak hanya dirinya saja yang kecewa tetapi pelanggan juga merasa kehilangan karena makanan khas yang disajikan dirinya sudah menjadi bagian dari rutinitas mereka.
“Pelanggan banyak yang kecewa, mereka sudah terbiasa makan di sini. Saya berharap pemerintah dapat berpikir lebih baik sebelum mengambil keputusan yang berdampak pada kehidupan masyarakat kecil,” tambahnya.(der)