MALANGVOICE – Penggemar kuliner sate wajib mencicipi Sate Layah yang berada di di Jalan Anggrek no 148 Malangsuko, Tumpang, Kabupaten Malang.
Usaha sate ayam yang sudah berdiri sejak akhir 2018 ini berada di dalam kampung dengan akses jalan yang tidak begitu lebar. Lokasinya nyaris tak terlihat dari jalan besar. Bahkan berada di tengah himpitan tembok SMAN 1 Tumpang yang membatasi jalan kampung.
Kendati berada di dalam gang, Sate Layah ternyata tidak main-main dengan cita rasa. Daging ayam yang disajikan tidak hanya empuk, melainkan juga sudah gurih terasa aroma rempah meski belum dicampur dengan saus kacang.
“Sebelum dibakar memang sudah dilakukan proses marinasi dengan rempah-rempah alami. Demikian juga dengan saat proses bakar, ada dua macam bumbu yakni dicelup dan diolesi, tentunya semuanya dengan komposisi yang berbeda,” ungkap Ovan Setiawan, pemilik Sate Layah kepada Mvoice, Jumat (29/10).
“Ketika pembeli sudah paham prosesnya, kadang mereka memilih untuk memakan satenya tanpa saus kacang dulu. Merasakan rasa originalnya dulu kalau kata mereka, baru kemudian mencampurnya dengan saus kacang,” imbuh Ovan.
Hal berbeda lainnya adalah tekstur dari saus kacangnya. Sate Layah selama ini juga dikenal sebagai warung sate yang cukup royal dalam memberikan saus kacang. Bahkan saus kacang sate ayam di Sate Layah cenderung kental.
“Secara takaran memang sedikit ada pembeda, kita sengaja saus kacang dibuat sedikit kental tujuannya agar lebih khas ketika dinikmati,” urainya.
Dalam menjalankan usahanya ini Ovan dibantu dua rekannya yang bertugas di bagian operasional warung. Di masa pandemi ini, Sate Layah banyak mengoptimalkan pengiriman. Selain memiliki tim distribusi pengiriman sendiri, Sate Layah juga memanfaatkan layanan pesan antar milik jasa transportasi online.
Lantas kenapa dinamakan Sate Layah? Padahal ketika Malang oice datang ke Sate Layah tidak mendapati layah satupun. Ovan membocorkan bahwa Layah adalah Laris sak wayah-wayah. “Artinya adalah laris sak wayah-wayah. Nama adalah doa, semoga laris sewaktu-waktu,” ungkapnya.
Secara tampilan, Sate Layah memang lebih condong ke arah sate ayam khas Ponorogo. Yakni dengan irisan sate yang memiliki bentuk memanjang.
“Sate Layah banyak dipengaruhi sate Ponorogo. Karena ada paman di Trenggalek yang juga jualan sate ayam tentunya khas Ponorogo,” ujar Ovan yang berdarah Tulungagung-Trenggalek ini.
Hidupkan Kampung Jadi Produktif
Secara tampilan, kedai Sate Layah memang sangat sederhana. Menempati teras di samping rumah tidak sampai 1,5 x 3 meter. Itu hanya cukup untuk operasional, jika ingin makan di tempat disediakan lokasi sederhana yang cukup untuk dua meja.
Namun kebanyakan pengunjung yang makan di tempat lebih memilih untuk mengambil kursi dan makan sate di lorong gang. Sehingga tidak salah jika ini merupakan destinasi wisata kuliner yang berada di tengah kampung.
“Sengaja memang kita coba untuk mengeksplorasi kawasan yang disebut orang dalam tanda kutip tidak produktif, tapi di satu sisi ternyata kawasan ini justru menjadi pembeda ketika kita menghadirkan destinasi kuliner didaerah sini,” ungkap Ovan.
“Banyak yang bilang nongkrong di dalam gang ini tidak bising. Cocok untuk santai meski dengan tempat yang sederhana. Tentunya dengan menikmati sate,” sambung Ovan lantas tertawa.
Usaha Sate Layah ini cepat dikenal luas sebagai destinasi kuliner sate ayam di wilayah Malang Timur. Hal ini tidak lepas dari promosi yang dilakukan secara masif di sosial media.
“Untuk promosi jujur memang paling banyak menguras tenaga, pertama itu adalah yang ideal kedua kami bercita-cita agar daerah ini menjadi destinasi wisata kuliner untuk meningkatkan perekonomian warga di sekitar,” pungkas Ovan.(der)