Rekening Nasabah Prioritas Amblas Rp1,4 M, BRI Beri Klarifikasi

Penipuan online. (anja arowana)

MALANGVOICE – Bank BRI angkat bicara terkait amblasnya uang nasabah prioritas Sylvia YAP sebesar Rp 1,4 miliar.

Pemimpin Kantor Cabang BRI Malang Sutoyo, Akhmad Fajar merasa berempati atas hal tersebut. Pasalnya, raibnya uang tabungan itu setelah pemilik rekening BRI, Silvia YAP, warga Lawang membuka tautan undangan digital yang dikirimkan seseorang ke chat WhatsApp.

“Dia (Silvia YAP) merupakan korban tindak kejahatan penipuan online, atau social engineering, kami berempati atas hal, dan kami langsung melakukan investigasi atas pengaduan ini,” ucapnya, dalam rilisnya yang diterima MVoice, Jumat (7/7).

Baca juga:
Nasabah Prioritas BRI Jadi Korban Pishing Undangan Nikah, Rp1,4 Miliar Amblas

Seluruh Cabang Mie Kober Resmi Raih Sertifikat Halal

Suami Tewas Usai Bakar Rumah Sendiri di Singosari, Tiga Orang Lain Luka-luka

Menurut Fajar, korban dalam hal ini Silvia secara tidak sadar, sudah membocorkan data transaksi perbankan (kode OTP) yang bersifat pribadi dan rahasia kepada pihak yang tidak bertanggung jawab, sehingga transaksi di internet banking dapat berjalan dengan sukses.

“Jadi pihak bank hanya akan melakukan penggantian kerugian kepada nasabah, apabila kelalaian diakibatkan sistem perbankan,” jelasnya.

Untuk itu, lanjut Fajar, pihaknya senantiasa mengimbau nasabah, agar lebih berhati-hati dan tidak mengunduh, menginstal, maupun mengakses aplikasi tidak resmi, dan tetap menjaga kerahasiaan data pribadi dan data perbankan kepada orang lain atau pihak yang mengatasnamakan BRI.

“Diimbau masyarakat untuk tidak memberikan informasi data pribadi maupun data perbankan (nomor rekening, nomor kartu, PIN, user, password, OTP dsb.) melalui saluran, tautan atau website, dengan sumber yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,” pintanya.

Selain itu, Fajar menambahkan, BRI juga menghimbau agar nasabah tidak sembarang menginstall aplikasi, dengan sumber yang tidak resmi dan tidak dapat dipertanggung jawabkan, karena data atau informasi, dapat dicuri oleh para fraudster apabila masyarakat menginstall aplikasi dengan sumber tidak resmi, yang dikirimkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

“Kami juga menghimbau ke masyarakat umum, bahwa modus penipuan social engineering tersebut, juga dapat terjadi di bank manapun. Kami selalu menjaga data kerahasiaan nasabah, dan kami tidak pernah menghubungi nasabah, untuk meminta data rahasia, seperti username, password, PIN, maupun kode OTP dan lainnya,” terangnya.

“Kami hanya menggunakan saluran resmi. Baik website maupun media sosial (verified), sebagai media komunikasi, yang dapat diakses oleh masyarakat secara luas,” imbuhnya.(der)