Raih Medali Emas, Perangkap Hama Ngengat Ciptaan Mahasiswa UM Diproduksi Massal

Ketua tim P-MOAT, Robby Wijaya. (Anja a)

MALANGVOICE – Berhasil meraih medali emas tingkat Internasional di Malaysia tahun 2017 lalu, Portable Moth Atractor Technology (P-MOAT) dilanjutkan pada tahap produksi massal oleh lima mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM).

Ketua Tim, Robby Wijaya mengungkapkan terciptanya alat ini berawal dari permasalahan yang didapatkan dari studi lapangan pada salah satu daerah penghasil bawang merah terbesar di Jawa Timur, yaitu Probolinggo. Sepulang dari sana, Robby dan tim mendapatkan permasalahan yang kemudian menjadi alasan terciptanya P-MOAT.

“Kalau pada umumnya produk itu tercipta hanya lewat sebuah inovasi, beda halnya dengan P-MOAT yang tercipta karena ada sebuah permasalahan dan ingin menciptakan inovasi produk yang bermanfaat dan dapat diterima masyarakat,” kata mahasiswa Pendidikan Teknik Otomotif ini.

P-MOAT, lanjut dia, memang sengaja diciptakan sebagai perangkap hama ngengat pada bawang merah, tapi tidak menutup kemungkinan produk ini akan melebarkan sayap merangkap hama ngengat di sektor lainnya.

Robby mengungkapkan, P-MOAT telah dikembangkan sampai tahap prototype dan diikut setakan pada beberapa perlombaan karya tulis ilmiah mulai dari tingkat nasional hingga internasional.

“Sebelum diikutkan ke Malaysia, P-MOAT pernah juara 1 tingkat Jawa dan Bali lomba cipta elektronika di Universitas Negeri Jember, juara 2 SCIENTIST in Action tingkat Nasional di ITS Surabaya dan kemudian meraih medali emas di Malaysia,” sambungnya.

P-MOAT bukan alat perangkap hama ngengat bawang merah satu-satunya yang pernah ada. Menurut Robby, sebelumnya petani telah memiliki alat serupa akan tetapi masih memiliki banyak kelemahan dan tingkat efektifitas yang masih rendah.

“Berdasarkan wawancara yang saya lakukan, petani itu menggunankan listrik PLN sehingga biaya operasional meningkat yang berdampak pada menurunnya pendapatan bersih. Selain itu, penggunaan air sebagai media penjebak juga kurang efektif karena masih besar kemungkinan hama yang tertangkap lepas,” sambung ketua tim PKM Kewirausahaan ini.

Kelemahan-kelemahan itulah yang dijadikan oleh mahasiswa bimbingan Dr Hj Widiyanti, ini dimanfaatkan sebagai kelebihan dan akan diperkenalkan ke petani bawang seluruh Indonesia. Menggunakan lampu LED dan juga baterai sebagai sumber listrik membuat alat ini memiliki tingkat keamanan yang lebih baik terhadap petani. Selain itu, P-MOAT menggunakan sistem Lampu Tabung Lem (LaTaLe). Alhasil produk ini memiliki tingkat efektifitas 40% lebih baik berdasarkan uji coba yang mereka lakukan.

Berdasarkan kajian yang cukup mendalam, maka P-MOAT akan diproduksi massal. Harapannya, mampu mengoptimalkan panen bawang merah diseluruh indonesia.

“Produk ini akan diperkenalkan melalui media sosial dan juga website yang telah dipersiapkan. Media yang kita miliki saat ini yaitu instagram @p_moat, facebook portable moth atractor technology dan juga website www.pmoat.com,” pungkasnya. (Der/Ery)