PR Ditiadakan Diikuti Beberapa Sekolah Kota Batu

Puluhan pelajar SDN Songgokerto 3 Kota Batu berkumpul di halaman sekolah mengikuti program pemassalan olahraga yang diselenggarakan SIWO Kota Batu PWI Malang Raya bersama KONI Kota Batu. (MVoice/istimewa)

MALANGVOICE – Kewajiban pekerjaan rumah (PR) ditiadakan untuk jenjang SD maupun SMP. Mayoritas yang memberlakukan pola itu merupakan sekolah yang menerapkan pembelajaran sehari penuh.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Batu, Eny Rachyuningsih menyampaikan, ada beberapa sekolah di Kota Batu yang memberlakukan penghapusan PR. Ia menjelaskan, segala pembelajaran maupun pendalaman karakter dituntaskan di sekolah sehari penuh. Pemberian PR tentu memberatkan peserta didik dengan durasi pembelajaran panjang.

“Setahu saya ada tiga atau empat, tapi saya belum tahu pasti. Nanti saya identifikasi dulu ya jumlah pastinya. PR dihapus, gantinya pembelajaran karakter berdurasi 2 jam,” ujar dia.

Baca juga:

Semarakkan Porwanas XIII, PWI Malang Raya Bertamu ke Divif 2/Kostrad

Macapat Idol, Hidupkan Seni Tembang Jawa di Kalangan Generasi Muda

Festival Pusaka Nusantara, Merawat Ingatan pada Kemahiran Metalurgi Nenek Moyang

Kebijakan penghapusan PR ini juga mendapat dukungan dari Mendikbudristek, Nadiem Makarim. Menurut Nadiem, PR justru memberatkan siswa. Lebih baik, pemberian PR diganti kegiatan ekstrakurikuler mengembangkan minat siswa yang lebih berguna.

Lain halnya dengan SDN Songgokerto 3 Kota Batu yang masih memberikan tugas rumah bagi peserta didiknya. Sekalipun sekolah itu memberlakukan pembelajaran sehari penuh mulai pukul 07.00-14.30. Satuan pendidikan itu menjalankan program sekolah penggerak berbasis kurikulum merdeka belajar.

Baca juga:

Arema FC Ikuti Program UEFA Assist League Development

Bekali Siswa di Industri Esport, Malang Jadi Start Awal Program Kolaborasi “Membina Sang Legenda”

12 Mahasiswa Asing Program I-YES Kepincut Keindahan Kota Batu

Kepala Sekolah SDN Songgokerto 03, Helmina Maulidiyah berujar, pemberian tugas PR mengajarkan murid-muridnya tentang nilai tanggungjawab. Namun, tugas PR yang diberikan itu dalam bentuk berbeda pada umumnya atau tidak hanya sekedar mengerjakan soal-soal saja.

Ia mengatakan, pemberian PR diselaraskan dengan kurikulum merdeka belajar. Peserta didik diajak untuk terampil dan kreatif. Mereka tidak sekedar diposisikan sebagai objek pendidikan. Gurunya pun dituntut tidak hanya memberikan pembelajaran tekstual yang sifatnya hafalan.

“PR yang tetap mengajarkan anak-anak terampil terus dia bersosialisasi ke lingkungannya, jadi PR-nya misalnya wawancara tetangga sebelah, silahkan ditanya tingkat ekonomi pekerjaannya apa, itu mungkin lebih bermakna, anak-anak bisa bersosialisasi,” kata Helmina.

Pihaknya pun saat ini belum menerima surat edaran terkait kebijakan penghapusan tugas PR dari Dinas Pendidikan Kota Batu. Disisi lain, pihaknya juga memberikan fasilitas ekstrakurikuler kepada murid-muridnya. Diantaranya seperti renang, pencak silat dan panahan.

“Karena murid-murid disini lebih suka gerak atau lebih ke pembelajaran kinestetik dibandingkan dengan pembelajaran yang serius,” katanya.