MALANGVOICE – Usaha ternak puyuh dapat dikembangkan sebagai usaha mikro dengan pemanfaatan tempat yang tidak luas dan pemanfaatan modal awal yang relatif kecil. Sayangnya, peternak puyuh biasanya kesulitan karena harga pakan yang mahal dan harga telur rendah.
Untuk itu Universitas Tribhuana Tungga Dewi (Unitri) Malang memberi solusi berupa mesin pembuat palet dengan komposisi campuran bahan pakan yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi burung puyuh. Dan juga desain sangkar yang pas dan tahan lama untuk kebutuhan peternak
“Kalau bikin pakan sendiri, produksi telurnya rendah kalau pakai pakanbuatan pabrik, mereka merugi sekitar 3 bulan. Lalu umur omlakai sangkar burung puyuh juga sikat cuma 3-4 tahun saja. Mereka harus buat sangkar baru lagi setelahnya. Biaya lagi,” papar penggagas ide, Riyanto Joko dan Eka Fita Sari.
Bentuk pakan butiran ini merupakan bentuk pakan yang disukai oleh burung puyuh. Dengan bentuk yang disukai oleh burung puyuh akan berdampak sisa pakan yang dikonsumsi burung puyuh relatif sedikit. Konsumsi pakan yang tercukupi ini diharapkan berdampak pada produksi telur yang prosentasenya tinggi dan stabil.
Sangkar burung puyuh juga didesain agar lanen telur diambil dari dalam sangkar diantara kerumunan burung puyuh. Pengambilan ini menyebabkan tangan peternak selalu masuk kedalam sangkar dan bersinggungan dengan puyuh. Karena setiap hari bersinggungan dengan tangan menyebabkan puyuh tidak terlalu sensitif dan tidak mudah stres, sehingga produksi telur relatif lebih stabil.
“Harapannya solusi ini bisa mempermudah peternak meraih untung banyak dengan biaya perawatan dan pakan yang lebih ekonomis,” tutup Joko.(Der/Yei)