Petani Kota Batu Genjot Komoditi Jeruk untuk Ekspor

Lahan budidaya bibit jeruk siam madu milik Didik Subiyanto di Kelurahan Sisir, Kota Batu. (Istimewa)

MALANGVOICE – Pada bulan Oktober lalu, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mencanangkan Kota Batu sebagai sentra pembibitan jeruk.

Syahrul Yasin Limpo mematok target 1 juta batang bibit jeruk lantaran komoditas holtikultura ini bisa melipatgandakan potensi ekspor seiring tingginya permintaan pasar luar negeri.

Jauh sebelum program itu dicangkan Mentan RI, petani asal Kota Batu, Didik Subiyanto sejak Maret lalu telah mengawalinya lebih dulu. Ia membudidayakan 30 ribu bibit jeruk di Desa Sumbergondo, Bumiaji, Kota Batu.

Budidaya bibit jeruk juga dikembangkan olehnya di Kelurahan Sisir sebanyak 40 ribu batang bibit di lahan seluas 3.000 meter persegi. Lahan yang digunakan merupakan aset milik Pemkot Batu.

Varietas jeruk yang dikembangkan yakni jeruk siam madu. Menurutnya, dalam beberapa waktu ke depan, komoditi jeruk memiliki potensi pasar yang cemerlang. Ia pun menangkap peluang itu dan perlahan mengalihkan perhatiannya dari budidaya apel ke jeruk.

“Saya juga ada usaha pembibitan jeruk di Nongkojajar, Kabupaten Malang, rata-rata sistemnya kemitraan dengan para petani sekitar,” kata pria yang juga duduk sebagai anggota DPRD Kota Batu itu.

Sebetulnya, kata Didik bukan hal sulit untuk mewujudkan 1 juta bibit pohon jeruk di Kota Batu. Asalkan pemerintan melalui Dinas Pertanian memiliki komitmen. Salah satu cara yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan lahan tidur milik aset Pemkot Batu ataupun aset pemdes. Apalagi banyak aset lahan Pemkot Batu yang belum digarap secara optimal.

Dia mengungkapkan saat ini sudah bukan waktunya untuk bersikukuh membangkitkan pertanian apel Batu. Sebab iklim yang dinilainya sudah tidak sesuai menjadikan komoditi apel Batu susah untuk menguntungkan para petani.

“Untuk apel pohonnya rata-rata sudah tua berusia puluhan tahun, saya itu punya lahan apel dalam sekali panen modalnya Rp 45 juta tapi baliknya hanya Rp 18 juta, itu 350 pohon apel rugi,” ujarnya.

Ia membandingkan dengan pendapatannya dari budidaya jeruk. Seperti varietas jeruk siam madu. Selain biaya operasionalnya relatif murah dibanding apel, buah yang dihasilkan pun melimpah. Misalnya satu pohon jeruk siam madu usia empat dapat menghasilkan 100 kilogram setiap tahunnya. Harganya per kilogram bisa tembus Rp 10 ribu.

“Apel Batu itu setiap pohon dalam waktu enam bulan hanya menghasilkan 20 kilogram saja, susah memang,” katanya.

Lalu modal yang dikeluarkan untuk memulai pembibitan jeruk memang tidak kecil. Untuk lahan yang di Kelurahan Sisir saja, dia mengeluarkan modal Rp 750 juta. Tetapi dia memprediksi dalam kurun waktu satu tahun kedepan akan balik modal.

“Setiap bibit pohon yang dijual sekitar Rp 30 ribu umur tujuh bulan yang sudah diberi mata tempel (jenis jeruknya), sebelumnya dari bibit muda saya beli Rp 9 ribu di petani mitra lainnya, kemudian saya besarkan lagi,” ujarnya.(der)