Pertahankan Kesenian Gerabah di Era Globalisasi, Perajin di Kota Malang Edukasi Pelajar

Pelajar mendapatkan edukasi dari perajin. (istimewa)
Kominfo Pemkot Malang
Kominfo Pemkot Malang

MALANGVOICE – Keseriusan perajin kesenian gerabah di Kota Malang dalam melestarikan kerajinan yang sudah ada sejak tahun 1930 itu terus dilakukan. Salah satunya dengan secara masif memberikan sosialisasi dan edukasi tentang kerajinan gerabah pada pelajar.

Bentuk sosialisasi itu terus dilakukan kampung tematik atau Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Gerabah, Penanggungan, Klojen, Kota Malang bersama dengan Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Malang.

Wali Kota Malang Drs. H. Sutiaji menyampaikan bahwa kegitan ini merupakan kegiatan untuk membangkitkan kembali pariwisata Kota Malang di masa pandemi. Ia berharap dengan kehadiran event wisata virtual ini dapat menarik wisatawan.

“Kami terus berupaya melestarikan kebudayaan perajin gerabah pada anak-anak didik, dengan berkolaborasi dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, untuk dijadikan kegiatan ekstrakulikuler,” kata Wali Kota Sutiaji, Minggu (24/10/2021).

Perajin Kota Malang. (istimewa)

Sementara itu, Kepala Disporapar Kota Malang Dr. Ida Ayu Made Wahyuni, SH., M.Si mengatakan bahwa pihaknya akan terus mendorong Pokdarwis Kampung Gerabah, Penanggungan, untuk terus memberikan sosialisasi dan edukasi secara masif tidak hanya melalui kegiatan event saja.

“Sehingga cara-cara pembuatan kesenian Gerabah ini bisa regenerasi dan mengakar ke anak-anak muda,” imbuh Ida Ayu Made Wahyuni.

Perlu diketahui kampung gerabah Penanggungan telah melakukan sosialisasi dan edukasi kepada pelajar saat gelaran kegiatan event ‘Festival Lempung Agung’ pada Sabtu (23/10/2021). Di sana pelajar diajak untuk membuat gerabah hingga memandikan gerabah di sungai Brantas.

Ketua Kampung Tematik Kampung Gerabah Penanggungan, Klojen, Kota Malang, Hariyono mengatakan seringkali pelajar dari berbagai tingkatan datang untuk belajar cara membuat gerabah sekaligus berwisata. “Sering datang, dari SMK, SMA, mahasiswa hingga anak-anak PAUD. Mereka belajar sekaligus berwisata di kampung gerabah,” ucap dia.

Pembuatan gerabah di Kampung Gerabah Penanggungan itu dilakukan dengan menggunakan alat dan dikombinasikan teknik tangan. “Karena ada beberapa ornamen yang memiliki kerumitan tersendiri. Sehingga proses pembuatannya harus menggunakan tangan,” terangnya.

Terkait produksi gerabah di Kota Malang sendiri tergantung pada pesanan dari konsumen. Meski begitu omzet yang didapat mencapai puluhan juta. “Biasanya perajin mungkin rata-rata Rp25 juta. Pesanan itu dari Gresik, hingga Surabaya,” kata dia.

Hariyono berharap, melalui sosialisasi dan edukasi yang terus dilakukan kepada masyarakat dan khususnya pelajar, bisa membantu kesenian gerabah terus bertahan. “Semoga kerajinan gerabah ini bisa terus dilestarikan, melalui tangan-tangan anak muda. Sebab gerabah ini sangat penting,” tandasnya.(der)