Peran Orang Tua Kunci Sukses Vaksinasi Anak

MALANGVOICE – Vaksinasi anak usia 6-11 tahun mulai digencarkan. Vaksinasi ini mendukung terciptanya kekebalan komunal di Indonesia.

Direktur Jenderal (Dirjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Maxi Rein Rondonuwu menyampaikan pelaksanaan vaksin untuk anak telah dimulai dari wilayah dengan cakupan vaksinasi dosis pertama di atas 70% dan vaksinasi lansia di atas 60%.

Dialog Produktif Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) – KPCPEN. (Istimewa)

Kick off dilakukan di 115 kabupaten/kota, dan akan terus bertambah. “Pelaksanaan vaksin untuk anak 6-11 tahun berjalan lancar, aman, dan peminatnya makin lamamakin banyak,” papar Maxi dalam Dialog Produktif Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) – KPCPEN, Senin (20/12/2021).

Berdasarkan pantauan pada seminggu terakhir, kata Maxi, sudah lebih dari 500 ribu anak yang tervaksinasi.

“Sasaran 26,5 juta masih jauh. Namun ini baru minggu pertama dan peminatnya makin banyak, diharapkan akan berjalan lancar ke depannya,” ujar Maxi.

Maxi menambahkan pentingnya orang tua memahami tujuan vaksinasi untuk mencegah masuknya virus.

“Banyak penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Bila sakit bisa dicegah otomatis maka hal ini cegah angka kematian. Vaksinasi anak sekolah, maka saat dia pulang ke rumah, maka aman, terutama jika ada kakek nenek di rumah. Apalagi saat ini sudah ada pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas, jadi lebih baik anak-anak divaksinasi,” beber Maxi.

Vaksin yang digunakan untuk anak adalah vaksin Sinovac yang sudah mendapat EUA (izin penggunaan darurat dari Badan POM) dan disetujui ITAGI. Vaksinasi anak dilakukan di sejumlah fasilitas layanan kesehatan, seperti puskesmas dan rumah sakit, juga sejumlah sentra vaksinasi termasuk sekolah.

“Justru diharapkan bisa dilakukan vaksinasi di sekolah, dalam hal ini Kemenkes bekerja sama dengan Kemendikbud. Serta dengan Kemenag, untuk sekolah berbasis keagamaan dan yayasan-yayasan,” ujar Maxi.

Maxi pun menekankan, lebih baik bila vaksinasi di sekolah juga menghadirkan orang tua agar bisa menyaksikan.

“Nantinya anak-anak yang sudah divaksin bisa menjelaskan ke anak lain, demikian juga orang tua yang anaknya sudah divaksin, bisa berbagi dengan orang tua lain yang anaknya belum divaksin,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Sri Rezeki Hadinegoro menjelaskan kenapa anak-anak perlu diberikan vaksin COVID-19.

“Kalau kita lihat, anak-anak usia 6-11 tahun kalau kena COVID cenderung ringan atau tanpa gejala. Namun COVID juga bisa menyebabkan gejala berat dan harus dirawat terutama anak dengan komorbid, misalnya penyakit jantung bawaan, diabetes dan asma,” ujarnya.

Sri menambahkan, meski gejala klinis COVID-19 pada anak ringan, namun anak-anak ini tetap bisa menularkan virus ke orang-orang sekitar, termasuk kepada anggota keluarga lansia.

“Bila kakek nenek dengan komorbid belum divaksin maka bila terinfeksi COVID bisa berbahaya. Jadi vaksinasi pada anak ada keuntungan untuk diri sendiri dan orang lain. Apalagi anak-anak bersiap PTM, maka vaksinasi perlu dilakukan. Anak-anak ini harus imun supaya tidak tular-menular,” ujarnya.

Bagi anak yang memiliki alergi, Sri menganjurkan orang tua untuk memvaksinasi anaknya di fasyankes yang memiliki peralatan lengkap sehingga jika ada reaksi pasca vaksinasi bisa selekasnya ditangani.

Vaksinasi merupakan pemenuhan hak anak untuk bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Demikian disampaikan Psikolog anak, Seto Mulyadi.

Pengertian tersebut, menurutnya, harus dikampanyekan terus-menerus guna menghapus keraguan orang tua akan pentingnya vaksinasi anak.

Dalam hal ini ia menyayangkan bahwa kadang justru orang tua yang menjadi penghalang vaksinasi bagi anak. “Kadang orang tua yang menghalangi karena berbagai hoaks. Karenanya penjelasan kepada orang tua perlu diberikan agar mereka tidak lagi percaya hoaks dan mau mengizinkan anak untuk divaksinasi COVID-19,” tutur Kak Seto.

Bila perlu, menurutnya, dapat dengan pendekatan khusus dari RT dan RW, juga informasi resmi dari pemerintah. Dalam hal ini, pemberdayayaan kerukunan RT dan RW harus dapat ditingkatkan. Kak Seto menekankan, gotong royong melawan hoaks di antara masyarakat tersebut juga perlu
diupayakan.

“Orang tua diharapkan akhirnya terbuka dan bersinergi bersama,” tambahnya.

Selain itu, pendekatan kepada anak dengan bahasa anak juga perlu. Bahkan, anak yang sudah paham selanjutnya juga dapat membantu meyakinkan orang tua.

Kak Seto juga menekankan bahwa saat ini, hal penting untuk anak adalah hak hidup dan hak sehat, termasuk sehat mental. “Dengan anak gembira, maka resiliensi (daya lenting) akan naik, imun kuat. Sedangkan anak yang depresi mudah sakit, itu malah kontraproduktif di masa pandemi sekarang ini,” tandas Kak Seto.(der)

spot_img

Berita Terkini

Arikel Terkait