MALANGVOICE – Skrining (screening) tumbuh kembang adalah upaya penyaringan untuk menentukan apakah ada penyimpangan atau keterlambatan perkembangan bagi anak.
Skrining dilakukan tiga bulan sekali saat usia anak 0 hingga 1 tahun, dan enam bulan sekali saat anak usia 1 hingga 6 tahun.
Menurut Bidan Pelaksana Lanjutan Puskesmas Arjuno, Esti Ardiana, di tahun pertama bayi, beda tiga bulan bisa membuat banyak perbedaan dan perkembangan, karena itu disarankan skrining lebih sering.
“Skrining juga disarankan berkala hingga 6 tahun, karena bisa saja, anak yang perkembangan awalnya normal namun kemudian mengalami kemunduran,” kata Esti.
Ada gangguan perkembangan yang gejalanya terlihat lebih jelas saat usia 2 hingga 3 tahun. Sebaliknya, ada anak yang semula mengalami keterlambatan, namun karena mendapat penanganan yang tepat maka kemudian dapat mengejar ketertinggalannya.
“Itulah pentingnya skrining. Agar bila memang ada keterlambatan, bisa segera terdeteksi dini. Untuk penanganan ada yang hanya butuh stimulasi dari pengasuh, ada yang butuh intervensi lebih formal seperti terapi wicara, terapi okupasi, atau terapi sensori integrasi di klinik tumbuh kembang,” imbuhnya.
Saat skrining, anak akan dibandingkan dengan kelompok anak seusianya.
“Semisal anak sedang dilihat perkembangan motorik halusnya, yang salah satu indikatornya adalah kemampuan mengambil benda dengan ibu jari dan telunjuk. Nah waktu sekelompok anak usia 7 bulan diminta untuk melakukannya, 25 persen berhasil. saat 8 bulan 50 persen berhasil, saat 9 bulan 75 persen berhasil, dan saat bulan 10 bulan 100 persen berhasil. Berarti, usia 7 hingga 10 bulan adalah range usia yang menjadi patokan,” tegasnya.
Di sisi lain, kata Esti keterlambatan perkembangan bisa karena faktor situasional atau bawaan. Seperti contoh faktor situasional yang membuat anak terlambat bicara bisa karena kurang stimulasi.
“Biasanya jarang diajak bicara, bingung karena orang-orang terdekatnya memakai bahasa berbeda-beda. atau karena faktor bawaan,” pungkasnya.
Keterlambatan perkembangan anak saat berjalan bisa terjadi karena faktor situasional atau anak belum banyak kesempatan berlatih karena lebih sering digendong atau diletakkan di baby walker dan karena faktor bawaan (flat feet, cerebral palsy) dan beberapa contoh keterlambatan lainnya.(Der/Aka)