MALANGVOICE – Mengenalkan makna Ramadan dan Lebaran pada anak bisa dengan banyak cara. Contohnya, mengajarkan anak berpuasa sejak dini, umumnya usia prasekolah, dapat menjadi cara bagi orangtua untuk menjelaskan makna Idul Fitri.
Akan tetapi, Ratna Indriani MPsi, seorang paikolog, mengingatkan, tujuan latihan puasa yang utama adalah membiasakan anak agar mampu berpuasa pada usia akil balig.
“Bila tidak dilatih, puasa akan menjadi hal berat bagi anak sehingga menjadi masalah buat orangtua di kemudian hari,” tutur Ratna kepada MVoice, beberapa menit lalu.
Ia menambahkan, umumnya anak usia 7–8 tahun sudah dapat berpuasa sehari penuh. Haus dan lapar saat berpuasa adalah hal yang konkret bagi anak. Sehingga orang tua bisa memanfaatkan itu untuk mengajari anak berbagi dan bersimpati kepada orang lain.
“Anak usia prasekolah memahami sesuatu yang bersifat konkret. Misalnya, jika tidak makan maka perut lapar. Pada saat inilah, orangtua bisa mengajarkan pada anak bahwa lapar itu tidak enak dan ada anak-anak yang tidak punya uang untuk makan sehingga mereka kelaparan. Jadi, kita yang memiliki cukup uang sebaiknya membantu mereka dengan berbagi. Bisa berupa uang atau memberikan makanan,” rincinya.
Anak usia sekolah lain lagi, orangtua bisa mengaitkan latihan puasa dengan zakat dan Idul Fitri. Misal, mengajak anak ke masjid untuk membayar zakat sembari menjelaskan bahwa zakat dapat membantu orang-orang yang kurang mampu untuk dapat hidup lebih baik dan bisa merayakan Idul Fitri dengan layak.
“Maka, pemahaman Idul Fitri merupakan momen berbagi akan lebih dipahami oleh anak usia sekolah,” dia menyimpulkan.