Pembibitan Anggrek dengan Barang Bekas, Tembus Pasar Internasional

MALANGVOICE – Berbagai jenis anggrek tertata rapi salah satu rumah di Kelurahan Dadaprejo, Kecamatan Junrejo. Tak hanya tertata rapi, ada yang berbeda di antara salah satu rumah warga. Nampak botol-botol bekas berjejer dengan bibit-bibit anggrek di dalam kebunnya.

Kebun tersebut milik Dedek Setia Santoso, salah satu pembudidaya tanaman anggrek. Menurutnya, pemanfaatan limbah botol bisa dilakukan sebagai media tanam yang baik. Ia bekerja sama dengan beberapa pabrik saus dan minuman guna mendukung inovasinya ini.

“Memilih botol, karena bibit di dalamnya akan lebih steril dibandingkan ditaruh di media biasa seperti pada alamnya,” jelasnya.

Penggunaannya juga dipilih lantaran biaya pengeluaran yang terhitung lebih hemat. Jika menggunakan media pada umumnya, biaya yang dikeluarkan bisa lebih besar.

Selain itu, kelebihan dari media botol ini adalah lebih menyehatkan tanaman dan kemudahan dalam beradaptasi. Anggrek akan lebih sehat karena segala nutrisi dan kebutuhannya terpenuhi.

Tak heran, alasannya yaitu petani bisa mengontrol secara langsung kebutuhan tanaman itu. Jika di alamnya, anggrek sering gagal berkembang biak lantaran nutrisinya yang kurang.

Dedek mengatakan, hanya bibit anggrek yang menempel di pohon sehat yang bisa bertahan hidup. Kalau si inang tidak bisa memenuhi asupan nutrisi secara baik, maka akan percuma.

“Dalam segi adaptasi, media botol sangat dianjurkan digunakan. Dengan itu, tanaman akan lebih mudah beradaptasi pada lingkungan tempat barunya,” imbuhnya.

Karena biasanya, setelah diambil dari alam. Anggrek akan mati jika tidak sesuai kondisi alam dengan tempat sebelumnya.

“Persentase untuk dia hidup lebih tinggi. Kebutuhan cahaya yang menjadi faktor penting, juga terpenuhi disini,” katanya.

Proses bibit berada dalam botol memakan waktu satu sampai satu setengah tahun. Kemudian, bibit akan dikeluarkan untuk dipindah ke media normal.

“Dalam satu botol terdapat kurang lebih 30 bibit tanaman anggrek. Bibit dipastikan sudah dalam kondisi kuat, ketika keluar dari botol. Setelah kurun waktu dua hingga tiga tahun, bunga akan mulai bermunculan di tanaman tersebut,” tambahnya.

Penjualan anggrek pun kini kian melonjak. Pandemi Covid-19 mendukung masyarakat untuk memiliki hobi baru di rumah. Dalam sehari, pria berambut gondrong ini bisa menjual 2 ribu anggrek.

Konsumennya dari seluruh Indonesia, bahkan hingga mancanegara seperti Rusia, Malaysia dan Thailand.

Saking banyaknya permintaan, dia mengaku sering kehabisan stok.
Ia berharap pandemi bisa segera berakhir agar ekonomi masyarakat cepat pulih seperti dulu.

“Sekarang pengiriman keluar negeri kan juga berhenti karena regulasi penerbangan. Semoga semua segera membaik,” ujarnya.

Harga anggrek yang dipatok cukup beragam. Tergantung jenis dan besar kecilnya. Berkisar dari Rp 35 ribu sampai 40 juta.(end)