Pembangunan Pariwisata Jangan Hanya Fokus pada Wisata Artifisial

MALANGVOICE– Ketua Forum Desa Wisata (Fordewi) Kota Batu Mochammad Dadi mengatakan, potensi wisata di Kota Batu selain wisata artifisial atau buatan sangatlah besar. Apalagi wisata yang berbasis desa.

Di Kota Batu sendiri, ada 19 desa dan 5 keluharan. Masing-masing wilayah memiliki keunikan dan daya tarik wisatanya sendiri-sendiri. Ada yang menjadi kampung batik, kampung gamelan, kampung sayur dan buah, serta magnet wisata lainnya yang berbasis di desa.

Dadi berharap, Wali Kota Batu yang baru bisa membangun wisata Kota Batu bukan hanya berfokus dari sisi wisata artifisial saja. Namun bisa berbasis sejarah, budaya, dan hasil alam. Apalagi, Kota Batu ini potensinya begitu besar. Dari dulu sudah jadi jujukan wisatawan. Kunjungan turis asing juga sudah masuk.

Festival Rafting KWB, Kuatkan Pengembangan Sport Tourism dan Ekoriparian di Kota Batu

“Tapi kalau dari kami pegiat desa wisata, kami ingin pembangunan wisata bukan hanya dari wisata artifisial namun juga yang berkonteks dengan alam juga,” kata Dadi (Rabu, 6/11).

Ia mengatakan, saat ini wisatawan yang datang ke Kota Batu sudah menganggap bahwa Batu seperti kampung halamannya sendiri. Makanya mereka mau kembali lagi ke Batu. Namun, cepat atau lambat, para wisatawan itu akan ada bosannya jika wisata di Kota Batu itu-itu saja. Namun jika diberi pilihan-pilihan lain yang memiliki kesan bagi mereka, dipastikan tidak akan bosan dan terus kembali.

“Saat ini wisatawan kok saya lihat sudah mulai bosan karena tujuan ke Batu itu-itu saja. Mereka ingin ada yang baru, dapat pengalaman baru, dapat kesan baru. Jadi orang yang datang itu dapat kesan yang ‘nyantol’ di hatinya dan ingin kembali,” katanya.

Dan pembangunan desa wisata menjadi salah satu jawaban mengatasi kebosanan para wisatawan di Kota Batu. Namun kata Dadi, pemerintah harus mendukung secara total pembangunan desa wisata. Sehingga para pegiat desa wisata ini bisa berinovasi dan lebih giat lagi untuk membangun wisata berbasis desa. Sebab jika tidak didukung, maka pegiat desa wisata tidak bisa leluasa untuk mengekspresikan keinginan melalui inovasi terbaru.

Salah satu dukungan dari pemerintah menurut Dadi adalah memudahkan para pegiat desa wisata dalam pengurusan izin pembangunan pusat wisata di desa. Dengan mengulurkan tangan membantu pengurusan izin pembangunan wisata desa, maka para pegiat desa wisata bisa aktif dan ikut andil dalam kemajuan wisata kota.

“Kami berharap teman-teman ini supaya dipermudah izinnya tapi tetap harus sesuai aturan yang berlaku. Seperti amdalalin, dan sebagainya. Pemerintah jangan fokus pembangunan wisata besar-besar saja yang dipermudah perizinannya,” ujar dia.

Selain itu dukungan terbaik dari pemerintah Kota Batu untuk wisata berbasis desa adalah penyelesaian masalah sampah yang saat ini menjadi problem utama. Ketika suatu kota namanya sudah besar, wisatanya terkenal, namun tidak bersih, sampah menumpuk di mana-mana, maka wisatawan akan enggan datang kedua kalinya.

“Kami yang berbasis desa ini juga harus diperhatikan. Lalu pengelolaan sampah di kota wisata. Ini krusial kan sampah itu. Ketika suatu kota, desa wisata tidak dikukng kebersihan yang maksimal ya eman juga, muspro,” katanya.

Untuk menjawab seluruh kebutuhan dan keinginan para pegiat desa wisata di Kota Batu itu, Dadi menilai calon wali kota yang programnya paling sesuai adalah paslon Firhando Gumelar – Haji Rudi (GURU). Apalagi para pengelola desa wisata di Kota Batu sudah pernah diskusi dengan Firhando Gumelar (Mas Gum) terkait cara mengangkat wisata berbasis desa. Terlebih, paslon GURU memiliki program 1 desa 1 wisata. Dari program itu sudah terlihat bahwa paslon GURU ini lah yang akan membangun wisata Kota Batu dari desa-desanya.

Terkait dengan sampah, Dadi juga melihat hanya paslon GURU yang memiliki komitmen dalam menyelesaikan sampah di Kota batu. Bahkan pengelola desa wisata sudah ditunjukan blue print dan desain besar penyelesaian masalah sampah dari paslon GURU. Apalagi sudah berkomitmen bahwa jika GURU terpilih, 10 bulan masalah sampah di Kota Batu akan beres.

Persoalan sampah, pernah didiskusikan pula dengan Mas Gum. Hingga menemukan suatu korelasi yang kuat antara keinginannya dengan program dari Mas Gum. Salah satunya mengembangkan smart city di Kota Batu. Hal itu memang dibutuhkan oleh desa wisata.

“Harapannya ada korelasi atau hubungan yang kuat sehingga pembangunan desa wisata bisa lebih kuat lagi utamanya di dunia digital. Wajib hukumnya mengikuti dunia digital, kalau tidak pasti ketinggalan. Teman-teman merasa konek antara pengelola desa wisata dengan visi misi Mas Gum. Kami berharap ini teralisasi karena memang ini keinginan kami sejak lama,” katanya.(der)

spot_img

Berita Terkini

Arikel Terkait