Para Calon Ketua K3M Jalani Fit and Proper Test

Suasana fit and proper test K3M di Kong Djie Cafe, Senin (19/11). (Aziz Ramadani/MVoice)
Suasana fit and proper test K3M di Kong Djie Cafe, Senin (19/11). (Aziz Ramadani/MVoice)

MALANGVOICE – Jelang Musyawarah Komite Kebudayaan Kota Malang tahun 2018, panitia kini memasuki tahapan penjaringan calon ketua, Senin (19/11). Dari 10 pendaftar, tersisa empat orang calon ketua.

Ada empat tim formatur Komite Kebudayaan Kota Malang yang melakukan penjaringan atau fit and proper test bertempat di Cafe Kong Djie. Terdiri dari Bondan Rio, Rudi Satrio Lelono, Kristanto Budiprabowo dan Ki Ardhi Purbo Antono.

Sebelumnya, panitia telah mengumumkan pembukaan pendaftaran calon ketua maupun peserta musyawarah bertajuk Budayawan Memilih Pemimpin, 14 November sampai 17 November 2018 lalu. Musyawarah sendiri bakal digelar, 23 November mendatang.

Baca juga:
Pertama Kali, Kota Malang Gelar ‘Pemilu’ Kebudayaan

Ketua Tim Formatur Komite Kebudayaan Kota Malang Rudi S. Lelono mengatakan, sejak resmi dibuka pendaftaran, tercatat ada 10 pendaftar yang telah mengirimkan berkas. Namun setelah melalui pengecekan administrasi, hanya tersisa empat pendaftar yang berhak mengikuti fit and proper test.

“Komite Kebudayaan Kota Malang itu dibentuk tidak main -main. Maka calon ketua dicari sesuai kriteria yang parameternya telah ditentukan oleh tim formatur,” kata pria akrab disapa Idur ini.

Tidak hanya itu, lanjut Idur, pihaknya menerima pula masukan masyarakat serta budayawan. Bahwa masyarakat mendampakan sosok ketua atau pemimpin yang mampu mengayomi, dan merangkul seluruh seniman dan budayawan Kota Malang. Serta mampu memberdayakan komunitas- komunitas yang ada.

Anggota Tim Formatur Bondan Rio menambahkan, pihaknya berusaha mencari calon-calon ketua yang berkualitas dan berkompetensi. Namun paling penting adalah yang mempunyai karakter ingin mengabdi dan memajukan kebudayaan Kota Malang.

“Prinsipnya semua calon bagus-bagus, namun kami memilih yang tepat.
Karena banyak konsep yang tinggi, padahal kita juga harus memikirkan kapasitas pengurus, apakah program bisa diterjemahkan pengurusnya,” beber Bondan.(Hmz/Aka)