Pagelaran Budaya Sandjiwa, Mahasiswa UMM dan Museum Panji Hidupkan Kembali Permainan Tradisional

MALANGVOICE – Semangat pelestarian budaya lokal kembali digaungkan oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) lewat gelaran Sayembara Pandji Jiwa Warisan Nusantara (Sandjiwa) yang berlangsung di Museum Panji, Tumpang, Kabupaten Malang, Minggu (27/7).

Mengusung tema permainan tradisional, Sandjiwa menghadirkan delapan perlombaan khas Nusantara seperti egrang, bentengan, bakiak, congklak, lompat tinggi, bekel, tarik tambang, dan engklek. Sebanyak 12 sekolah tingkat SD/MI dari Kabupaten Malang ambil bagian dalam kegiatan ini.

Raih 137 Emas di Porprov Jatim 2025, Suryadi Angkat Topi untuk Keberhasilan Lonjakan Prestasi Kota Malang

Tujuan utama dari acara ini adalah menghidupkan kembali nilai-nilai luhur warisan nenek moyang melalui permainan tradisional yang sarat makna. Selain itu, Sandjiwa menjadi media edukasi dan hiburan yang menyenangkan bagi generasi muda.

Acara dibuka secara simbolis oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang, Purwoto, yang juga menyerahkan Piala Bupati Malang kepada para pemenang. Hadir pula dalam kegiatan ini Pemilik Museum Panji Dwi Cahyono, perwakilan Prodi Ilmu Komunikasi UMM Jamroji, jajaran Muspika Tumpang, dan tokoh masyarakat setempat.

Purwoto menyampaikan apresiasi tinggi terhadap inisiatif mahasiswa UMM dan Museum Panji. Ia menyoroti pentingnya mengenalkan kembali permainan tradisional di tengah gempuran permainan digital saat ini.

“Anak-anak sekarang lebih akrab dengan gadget daripada permainan tradisional. Padahal, permainan kita kaya akan filosofi dan nilai-nilai sosial. Kegiatan seperti ini sangat saya dukung,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia berharap kolaborasi antara pemerintah daerah, komunitas budaya, dan kampus terus terjalin demi keberlanjutan pelestarian budaya lokal.

Sementara itu, Jamroji, Koordinator Mata Kuliah Praktikum Public Relation Ilmu Komunikasi UMM, menyebut kegiatan ini sebagai media pembentukan karakter anak.

“Permainan tradisional adalah harta karun budaya yang mendidik anak-anak melalui interaksi sosial, kerja sama, dan sportivitas,” tuturnya.

Senada dengan itu, Dwi Cahyono, Pemilik Museum Panji, menjelaskan bahwa acara ini bertujuan membangkitkan kembali minat generasi muda terhadap budaya leluhur, terutama permainan yang kini nyaris terlupakan.

“Anak-anak kini cenderung individualis. Padahal permainan tradisional mengajarkan kebersamaan dan semangat gotong royong,” jelasnya.

Tak hanya sebagai ajang lomba, Sandjiwa juga menjadi wadah interaksi sosial dan edukasi budaya. Hal ini disampaikan oleh Welly Dwi Fahryan, Ketua Pelaksana sekaligus Ketua Kelompok Idefor.

“Kami ingin menunjukkan budaya kita itu sangat kaya. Acara ini bukan sekadar kompetisi, tapi juga ruang belajar dan bersosialisasi bagi anak-anak,” ungkapnya.

Welly pun berharap agar kegiatan seperti Sandjiwa bisa digelar secara berkelanjutan dengan dukungan penuh dari Pemkab Malang.

“Kami berharap ini jadi awal dari inovasi budaya yang bisa diperluas lagi ke depan. Budaya kita harus terus dijaga dan dikenalkan ke generasi muda,” pungkasnya.(der)

Berita Terkini

Arikel Terkait