MALANGVOICE – Pelaku usaha gorengan tahu di Kelurahan Temas, Kota Batu dibikin pusing. Lantaran mereka diapit lonjakan harga dua komoditas pangan, yakni minyak goreng dan kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu.
“Setelah minyak goreng mahal, sekarang kedelai mahal. Terus besok apalagi yang harganya naik,” seloroh Rentik sembari menggoreng potongan-potongan tahu di dalam wajan berukuran besar.
Setiap harinya, 7.000 potong tahu yang dihasilkannya dari tempat produksinya yang berada di Jalan Wukir, Kelurahan Temas, Kota Batu. Ribuan tahu goreng itu mayoritas dibeli pedagang bakso keliling. Selebihnya dijual kepada pedagang gorengan di pasar tradisional.
“Namanya juga usaha, sekalipun mahal ya tetap goreng. Kalau nggak gitu, pelanggannya kabur, kita nggak dapat pemasukan,” seru perempuan berusia 45 tahun itu.
Ia mengatakan, dalam sehari membutuhkan 3-4 jeriken. Per jeriken berisi 14 liter minyak goreng. Saat ini minyak goreng yang didapat seharga Rp 220 ribu per jeriken 14 liter. Bahkan pernah saat akhir tahun 2021 lalu, harganya menyentuh Rp 280 ribu per jeriken.
Padahal sebelumnya, saat harga normal minyak goreng masih didapat seharga Rp 160 ribu per jeriken. Ia mengaku sulit mendapatkan minyak goreng sesuai harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah Rp 14 ribu per liter.
Meski harga kedelai dan minyak goreng melambung, dirinya memilih tak menaikkan harga. Ukurannya pun tetap seperti sebelumnya. Praktis keuntungan yang didapat menipis.
“Sudah harga minyak goreng mahal kedelai juga mahal. Saya harap harganya bisa turun biar ongkos produksinya nggak bengkak,” harap Rentik.(der)