MALANGVOICE – Sejumlah aktivis perempuan Kota Batu dan masyarakat umum menggelar aksi di depan Alun-alun Kota Batu, menolak segala bentuk kekerasan, baik kepada anak, perempuan, juga laki-laki jika ada.
Salah satu aktivis perempuan, Salma Safitri, mengatakan, pihaknya menggelar aksi karena mendengar ada dugaan pelecehan seksual yang dilakukan oknum anggota Satlantas Polres Batu kepada siswa yang ditilang.
“Ada dua hal yang kami suarakan, pertama menolak segala bentuk kekerasan, kedua, menyelamatkan institusi Polri dari ulah oknum anggotanya yang salah,” ungkap Salma kepada media, usai aksi.
Terkait pelecehan yang ada, Salma berpedoman, berapapun jumlah kekerasan, harus ada respon penolakan dari masyarakat. Satu sudah terlalu banyak untuk kekerasan terhadap anak. Sehingga kekerasan itu harus dihentikan.
“Kami tidak diam, masyarakat jangan diam. Keadilan harus ditegakkan kepada semua orang,” tegas penggiat Sekolah Perempuan Desa di Sidomulyo itu.
Salmah juga turut prihatin dengan institusi Polri yang tercoreng gara-gara perilaku oknum anggotanya. Padahal Salma percaya, masih banyak polisi yang baik, disiplin, dan membantu masyarakat dengan ikhlas.
“Karena itu harus ada tindakan tegas kepada anggota yang melanggar, sehingga masyarakat percaya pada institusi penegak hukum itu,” tandasnya.
Aktivis Haris El Mahdi itu menyayangkan tindakan oknum anggota polisi yang melakukan pelecehan seksual, dan pelaku supaya meminta maaf secara terbuka.
“Di media massa sudah dijelaskan kalau dia mengakuinya. Itu belum cukup, dia harus meminta maaf kepada publik di media massa selama tujuh hari berturut-turut beserta foto. Ini untuk pembelajaran, agar ada efek jera, baik pelaku maupun anggota yang lain,” tutupnya.