MALANGVOICE – Mahasiswa universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri) temukan manfaat biji karet sebagai bahan dasar pembuatan Tahu. Temuan tersebut diperkenalkan dalam acara Monitoring & Evaluasi Eksternal (Monev) program kreativitas mahasiswa (PKM) yang berlangsung di Gedung Fakultas Ilmu Pendidikan UM, Rabu (18/07).
Mereka terdiri dari tiga orang, Rianny Sany, Rosalia dan Theodora Manuela. Ide itu muncul karena latar belakang daerah yang memiliki pohon karet begitu melimpah yakni Kalimantan.
“Di Kalimantan itu banyak pohon karet, biji karet itu hanya jadi limbah, jadi saya ingin memanfaatkan biji karet itu,” tutur Rianny penemu ide awal.
Rianny juga mengatakan, ide dibuat tahu itu hasil dia browsing dari internet.
“Setelah browsing di internet, ternyata biji karet bisa dijadikan kripik dan tempe, nah saya berpikir kalo bisa dijadikan tempe otomatis bisa juga bisa dibuat Tahu,” jelas Rianny.
Cara membuat tahu dengan bahan dasar biji karet tersebut hampir sama dengan kedelai. Namun biji karet harus difermentasi terlebih dahulu agar menurunkan tingkat kadar asam dalam biji karet.
“Biji karet memiliki kandungan Asam klorida (HCL) cukup tinggi, jadi menurunkannya dengan difermentasi tadi. Semakin lama fermentasi, maka semakin turun kadar HCL nya,” imbuh Rosalia salah satu anggota tim.
Ia juga menambahkan dalam proses pembuatan, mereka tetap memerlukan kedelai sebagai pemicu penggumpalan tahu.
“Kami sudah mencoba beberapa kali, untuk hanya menggunakan biji karet namun gagal. Dia tidak bisa menggumpal, jadi kami mencoba menggabungkan cairan dari biji karet dan kedelai dengan takaran satu berbanding satu, dan hasilnya bagus,” tambah Lia, sapaan akrabnya.
Tahu dari biji karet memiliki rasa yang gurih, dan sudah memenuhi syarat kandungan protein untuk tahu. Namun tekstur dari tahu biji karet masih sedikit lebih kasar dibanding tahu dari kedelai.
Ia juga berharap selain dapat mengurangi limbah, biji karet juga bisa menggantikan kedelai yang saat ini Indonesia masih mengimpor kedelai cukup tinggi.
“Data terakhir yang saya baca pada tahun 2017 Indonesia mengimpor kedelai sebanyak dua juta Ton per tahun, jadi dengan temuan ini dapat meminimalisir nilai impor tersebut,” pungkasnya.(Der/Ak)