Lima Komoditas Dorong Inflasi Kota Malang

Daging ayam ras, salah satu komoditas yang mendorong inflasi Kota Malang. (MVoice/pantura7)

MALANGVOICE – Terdapat lima komoditas yang kenaikan harganya mendorong terjadinya inflasi di Kota Malang. Kenaikan ini tak lepas dari imbas menurunnya produksi sementara di satu sisi terjadi kenaikan biaya produksi.

Kelima komoditas tersebut antara lain daging ayam ras, telur ayam ras, rokok kretek filter, bawang merah, dan pisang. Adapun andil kelimanya secara berurutan, 0,06 persen, 0,05 persen, 0,03 persen, 0,03 persen, dan 0,02 persen.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Malang, Samsun Hadi, mengatakan , kenaikan kelima komoditas di atas karena di satu sisi produksi menurun, sementara di sisi lain biaya produksi naik.

Baca Juga:
Program Pandangi Karmila Layani Jemaah Haji dan Umroh di Pasuruan

Implementasi SPBE Kota Batu Masih Berjalan Pincang

Yayasan Museum Omah Munir Somasi Pemkot Batu

Data ini, lanjut Samsun, didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Malang pada bulan Mei 2023.

“Jadi berdasarkan data BPS, Kota Malang pada Mei lalu mengalami inflasi 0,25 persen (mtm). Kemudian, secara tahun kalender dan tahunan mengalami inflasi 1,14 persen (ytd) dan 4,22 persen (yoy),” ujarnya.

Angka inflasi Mei ini, menurutnya relatif stabil dari Bulan April sebesar 0,24 persen (mtm). Adapun secara tahunan, inflasi Kota Malang lebih rendah dari capaian bulan sebelumnya, yakni 4,49 persen (yoy).

“Inflasi Mei ini didorong kenaikan harga beberapa kelompok pengeluaran. Sumbangan terbesar berasal dari kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil 0,24 persen (mtm),” terang Samsun.

Baca Juga:
Ambil Pisau dari Kafe, Pelaku Pembunuhan di Jembatan Araya Diancam Hukuman Mati

Belas Atlet Karate FORKI Kota Malang Sabet 6 Medali di Kejuaraan Gajah Mada

Fikih Kebudayaan Muhammadiyah, Integrasi Nilai Keislaman yang Relevan dengan Budaya Lokal

“Disusul kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya 0,02 persen (mtm). Terakhir kelompok pakaian dan alas kaki 0,01 persen (mtm),” sambungnya seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Mvoice, Selasa (6/5).

Inflasi yang lebih tinggi, lanjut Samsun, tertahan oleh deflasi yang terjadi pada kelompok transportasi. Kelompok ini memiliki andil -0,03 persen (mtm). Kemudian disusul kelompok rekreasi, olahraga dan budaya dengan andil kurang dari -0,01 persen (mtm).

Tentang lima komoditas yang mendorong inflasi seperti disebut di atas, menurutnya karena penurunan produksi dan kenaikan biaya produksi.

“Inflasi komoditas telur ayam ras terjadi seiring produksi yang menurun dan kenaikan harga pakan ternak. Selanjutnya inflasi daging ayam ras karena kenaikan biaya produksi meliputi harga pakan ternak (jagung) dan harga Day Old Chicken (DOC),” terang orang Bangil, Pasuruan ini.

Baca Juga:
CSR Bank Sampah Wujud Sinergisitas MPM Honda Jatim dengan Masyarakat Sekitar

Pengadilan Tipikor Jatuhkan Vonis kepada Dua Terdakwa Penyelewangan BPHTB-PBB 2020 Kota Batu

Komisi XI DPR RI Gandeng Kemensos Perjuangkan Kesejahteraan Lansia dan Disabilitas

Sementara kenaikan harga rokok kretek filter karena imbas penyesuaian tarif cukai rokok 10 persen secara bertahap pada tahun 2023 ini. Kenaikan harga bawang merah dan pisang seiring menipisnya pasokan. “Bawang merah masih musim tanam,’ lanjut Samsun.

Menurut Samsun, inflasi lebih tinggi tertahan oleh deflasi yang terutama terjadi pada komoditas angkutan udara, cabai merah, ayam hidup, daging sapi dan cabai rawit.

“Andil deflasi mereka secara berurutan , -0,02 persen, -0,01 persen, -0,01 persen, -0,01 persen, dan -0,01 persen (mtm). Tarif angkutan udara mengalami deflasi karena normalisasi permintaan pasca Idulfitri,” katanya.

“Adapun penurunan harga cabai merah dan cabai rawit seiring pasokan yang masih mencukupi sisa masa panen raya dan penurunan permintaan usai Idulfitri,” sambung Samsun.

Momen pasca Idulfitri ini juga ikut mempengaruhi deflasi pada harga daging sapi seiring moderasi permintaan.

Dari sisi global, kata Samsun, penurunan inflasi berlanjut secara gradual. Hal ini dipengaruhi harga komoditas yang masih tinggi serta persistensi inflasi inti akibat permintaan sektor jasa yang kuat dan keketatan tenaga kerja terutama di negara maju.

Sementara itu dari sisi domestik, tekanan inflasi terus menurun dan lebih rendah dari prakiraan. Namun demikian, risiko perkiraan El Nino dan tingginya biaya produksi pertanian masih perlu diwaspadai.

“Nah, dalam rangka penguatan Kerjasama Antar Daerah (KAD) dan penguatan ketahanan pangan, Pemda di wilayah kerja BI Malang pada Mei 2023 lalu melakukan capacity building dengan TPID Provinsi Jawa Barat,” tuturnya.

Kegiatan ini, sambung Samsun, sebagai bentuk penguatan kompetensi dan refreshment anggota TPID. Juga studi banding program kerja pengendalian inflasi serta penggalian potensi kerja sama antara Jawa Barat dan wilayah kerja BI Malang,” ujarnya.

Sinergi kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah dengan BI Malang akan terus diperkuat melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dan penguatan koordinasi TPIP-TPID.

“Sinergitas pusat dan daerah dengan BI Malang itu untuk menjaga level inflasi berada dalam rentang sasaran 3,0 persen + 1 persen,” pungkasnya.(end)