MALANGVOICE– Dinas Pariwisata (Disparta) Kota Batu menggelar pertunjukkan wayang kulit yang digelar di Balai Kota Among Tani pada Jum’at malam (17/10). Digelarnya pertunjukkan seni tradisi ini dalam rangka memeriahkan Hari Jadi Kota Batu yang genap berusia 24 tahun.
Pementasan wayang kulit dengan lakon ‘Wahyu Makutharama’ dimainkan dua dalang asal Tulungagung, yaitu Ki Minto Darsono bersama Ki Thatit Kusuma Wibhatsu.
Lakon Wahyu Makutharama (Wahyu Kepemimpinan) mengisahkan tentang Prabu Kresna yang menyamar sebagai Bagawan Kesawasidi yang menurunkan ajaran Hasta Brata kepada Raden Arjuna. Adapun proses mendapatkan wahyu tersebut melalui bertapa (semedi) sehingga bisa naik di Kuthorunggu bertemu dengan Kesowosidhi.

Hingga akhirnya diberi wejangan yaitu Hastha Brata, berarti “wolu”, dan Brata berarti “laku”. Secara umum ada 8 (delapan) langkahyang memiliki sifat-sifat di dunia yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Yakni harus berlaku seperti matahari yang menghidupi, bulan yang menerangi dalam gelap, bintang yang menjadi arah, dan mendung yang menunjukkan kewibawaan. Kemudian pemimpin juga harus memiliki sifat bumi yang kukuh, samudera yang luas artinya menampung aspirasi, api yang berani menegakkan kebenaran, dan angin yang menyentuh dan melingkupi seluruh tempat.
Kepala Disparta Kota Batu, Onny Ardianto menegaskan, menanamkan kecintaan budaya lokal dengan seni tradisi merupakan salah satu komitmen pemerintah daerah. Pengembangan seni budaya tradisi sebagai bagian dari ikon destinasi wisata di Kota Batu. Apalagi pewayangan banyak kisah dan cerita yang banyak memberikan pesan moral kehidupan manusia.
“Keteladanan dari dunia pewayangan ini sangat penting untuk membangun karakter dan pilar peradaban bangsa serta perekat kebinekaan. Wayang tidak hanya berfungsi sebagai sarana hiburan, tetapi juga media menyalurkan pemikiran dan ketaladan lewat setiap pergelaran atau pementasan,” urai Onny.
Seni tradisi wayang kulit ini juga sebagai komitmen Disparta Kota Batu untuk menghadirkan destinasi budaya. Apalagi, lanjut dia, di Kota Batu terdapat Gunung Arjuno yang secara topomini sangat identik dengan lakon pewayangan.
“Kota Batu sebagai bagian dari Indonesia tentu harus mewujudkan keanekaragaman budaya bangsa. Makanya kami berkomitmen menjadikan wayang kulit sebagai destinasi wisata utama,” jelasnya.(der)