MALANGVOICE– Pemkot Batu terus berupaya melakukan percepatan penurunan angka stunting. Penyelesaian masalah tersebut, saat ini jadi perhatian serius. Hasilnya telah ada penurunan angka stunting 0,39 persen dari tahun sebelumnya
Kepala Dinas Kesehatan Kota Batu, drg Kartika Trisulandari memaparkan penurunan itu didapati dari, angka prevalensi stunting di Kota Batu pada bulan Agustus 2022 sebesar 13,59 persen. Sedangkan saat ini sudah turun menjadi 13,20 persen.
“Pencapaian ini tidak lepas dari berbagai intervensi yang telah dilakukan oleh Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kota Batu. Dalam rangka penanganan stunting 2023. Pada tahun ini kami menargetkan angka stunting di Kota Batu bisa turun jadi 10 persen,” papar Kartika.
Baca juga:
Polresta Malang Kota Imbau Perayaan HUT Arema Tertib Tidak Ada Konvoi
Menkumham Minta Samakan Persepsi Aparat Penegak Hukum di KUHP Baru
Mendagri Tak Ingin Calon Pj Kepala Daerah Tersangkut Masalah Hukum
Terpuruk Jadi Juru Kunci, Arema Geser Posisi Joko ‘Gethuk’ Susilo Digantikan Kuncoro
Dia menjelaskan, ada sejumlah langkah intervensi yang dilakukan Pemkot Batu untuk menurunkan angka stunting. Diantaranya adalah pemberian tablet penambah darah pada remaja putri.Kemudian juga dilaksanakan program SMART CATIN atau Sehat Mental Agama Reproduksi Terpadu Calon Pengantin. Mencakup pemeriksaan fisik dan laboratorium, serta pembinaan kesehatan reproduksi calon pengantin.
Selain itu, juga dilakukan pendampingan bagi ibu hamil, yang menjadi fokus dalam upaya mengantisipasi terjadinya bayi stunting. Seluruh tahap tumbuh kembang balita seperti pemantauan status gizi dan imunisasi menjadi perhatian utama.
“Lalu kami juga melakukan implementasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Guna meningkatkan akses sanitasi dasar, yang juga menjadi bagian dari strategi penanganan stunting,” bebernya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Pengendalian Penduduk, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Batu, Aditya Prasaja menambahkan, bahwa pencegahan peningkatan angka stunting sangat penting untuk dilakukan.
Menurutnya, langkah untuk fokus pada asupan nutrisi pada bayi usia 1-8 bulan menjadi salah satu upaya kunci. Dalam mencegah terjadinya stunting pada bayi. Agar angka stunting tidak bertambah, khususnya di Kota Batu.
“Kolaborasi yang kuat antara berbagai pihak, termasuk Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Kota Batu. Menjadi kunci utama, dalam upaya percepatan penanganan stunting,” katanya.
Dia menambahkan, seluruh pihak diharapkan mampu terlibat aktif. Dalam upaya melakukan langkah-langkah preventif dan intervensi. Guna mencapai target yang lebih baik dalam menurunkan angka stunting di Kota Batu.
“Dalam upaya untuk memberikan masa depan bagi generasi muda yang lebih baik. Kami berkomitmen untuk meningkatkan dan mengimplementasikan program-program yang efektif,” katanya.
Sementara itu, Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai menyampaikan, penanganan stunting harus dilakukan bersama-sama. Tidak hanya satu OPD saja. Lewat berbagai gerakan yang telah dilakukan, dia berharap dalam waktu tiga bulan, angka stunting di Kota Batu dapat turun signifikan.
Lebih lanjut, untuk menekan angka stunting, Aries juga menginstruksikan ASN Kota Batu untuk turut memberikan informasi, apabila ada masyarakat di lingkungannya yang teridentifikasi stunting. Sehingga dapat segera ditindaklanjuti dan diberikan penanganan lebih lanjut.
“Penanganan stunting adalah tugas kita bersama. Tidak hanya tugas Dinkes atau Dinas Pemberdayaan saja. Karena itu, seluruh OPD harus bergerak bersama-sama menurunkan angka stunting di Kota Batu,” jelas dia.(der)