Kisah Rayhan, Warga Malang yang Dapat Banyak Penghargaan dari Pemerintah Selandia Baru Atas Jasanya

MALANGVOICE – Mahasiswa asal Malang yang menempuh pendidikan di Selandia Baru, Rayhan Allan Satriawan mendapat banyak penghargaan dari pemerintah lokal Selandia Baru atas jasa-jasanya menolong sesama dan kiprahnya di masyarakat sekitar.

Pemuda 19 tahun yang biasa dipanggil Rayhan atau Ray di lingkungan kerja dan pertemanan, atau Kak Ehan di lingkungan keluarganya mendapat penghargaan seperti Champion of Community 2020 yang diserahkan oleh Mayor Christchurch, Selandia Baru, Ms. Lianne Dalziel; Lincoln Community Service 2020 & 2021 oleh St. John; Community Youth Awards 2022 atas jasa dan dedikasi yang diberikan Rayhan selama menjadi sukarelawan di Rumah Sakit Umum Christchurch; dan Selwyn Awards 2021 & 2023 diserahkan oleh Mayor Selwyn, Mr. Sam Broughton, dan masih banyak lainnya.

Putra pertama dari dua bersaudara dari pasangan Hesthi Utami Nugroho, PhD dan Pandu Satriawan, ST, serta cucu pertama dari Dr. Hary Nugroho dan Dr. Umi Wisapti Ningsih (Malang), serta dr. Sutjipto, sp.THT dan Titin Hartini (Madiun) saat ini sedang menempuh Pendidikan S-1 jurusan Paramedik di Whitireia Polytechnic, Wellington.

Baca Juga: Waroeng Steak & Shake Peduli Palestina, Salurkan Bantuan Melalui Baznas

SBY Maraton Turun Gunung Bertemu Masyarakat dan Beri Motivasi Caleg Hadapi Pemilu

Aktivitas Rayhan di Selandia Baru. (istimewa)

Keluarga Pandu Satriawan menetap di Selandia Baru sejak tahun 2012 dan tinggal di kota kecil, Lincoln, 20 menit dari kota Christchurch, Pulau Selatan, Selandia Baru. Di saat bersekolah di Lincoln High School, Rayhan mulai tergabung di organisasi St John. Saat itu Rayhan masih menjadi kadet Yunior dan mempelajari berbagai hal tentang pertolongan pertama medik.

St. John adalah organisasi di Selandia Baru yg memberikan pelayanan atau perawatan pertama secara medik sebelum pasien layak dibawa ke rumah sakit terdekat menggunakan Ambulans. Dari St John ini yang paling terkenal adalah memberikan perawatan pertama medik dan transport ambulans untuk pasien-pasien tersebut.

Aktivitas Rayhan di Selandia Baru. (istimewa)

Peristiwa tragis penembakan 15 Maret 2019 di Masjid An-Nur, Christchurch, menyebabkan Rayhan kehilangan salah satu teman baiknya, hal itu membuat Rayhan lebih terpacu lagi mendedikasikan dirinya untuk menolong sesama tanpa melihat suku, ras, dan agama.

Selain sibuk dengan kuliahnya, saat ini Rayhan juga bekerja paruh waktu di New Zealand Police sebagai Emergency Communicator dengan tanggung jawab menerima panggilan telepon darurat dari masyarakat yang berada di seluruh bagian negara Selandia Baru dan membantu petugas police dispatcher dengan memberikan informasi akurat dan komunikasi yanh strategis akan kejadian-kejadian darurat pada saat itu. Sehingga polisi dapat segera mendatangi lokasi yang bersangkutan.

Kakak kandung dari Raynard Mahaaki Satriawan ini juga aktif menjadi sukarelawan untuk St John Ambulance sebagai pengajar bagi para kadet yunior, sebagai petugas pemadam kebakaran untuk Fire and Emergency New Zealand, dan sebagai instruktur perawatan darurat bagi para kadet Angkatan Darat dan Udara di Wellington City Cadet Unit, New Zealand Cadet Forces. Yang mana Rayhan juga sempat mendapat kehormatan diundang makan malam bersama Police Commissioner Selandia Baru, Mr. Andrew Coster.

“Saya suka dengan semua kesibukan ini. Ketika melihat orang yang saya bantu itu menjadi baik atau merasa aman dan senang, saya juga ikut merasa senang, saya merasa berguna,” lugas Rayhan.

“Mommy dan Daddy selalu mendukung langkah saya dari awal saya memilih karir dan semua kegiatan ini. Mereka membantu saya dengan memberikan banyak nasihat seperti dari masalah mengelola keuangan, untuk tidak sering jajan diluar dan lebih banyak memasak, sampai dunia politik dilingkungan kerja. Meskipun jauh dari mereka, saya masih selalu menelpon mereka entah sekedar bercerita kegiatan saya dihari itu atau juga meminta nasehat dan resep masakan. Tanpa mereka berdua saya tidak bisa seperti sekarang ini,” tambahnya.

Di waktu luang Rayhan menyempatkan berolahraga dan bermain musik. Rayhan kebetulan menguasai alat musik piano, gitar dan drum.

Ketika ditanya apa saja yg ia pelajari dalam perkuliahan S-1 Paramedik, Rayhan menjelaskan bahwa dia belajar bagaimana berinteraksi dengan pasien ketika datang pertama kali dilokasi kejadian sebelum pasien tersebut dibawa kerumah sakit, karena setiap pasien memiliki kondisi biologis, fisik dan psikologis yg berbeda-beda.

Rayhan juga belajar tentang bagaimana mengidentifikasi dan mengurangi rasa sakit yang diderita pasien dengan cara mempelajari berbagai macam tipe penanganan medis, peralatan dan obat-obatnya. Rayhan belajar bagaimana melakukan penanganan medis tersebut di tempat kejadian, dipinggir jalan raya, didalam mobil ketika pasien terperangkap didalam mobil yg terlibat kecelakaan, atau di dalam ambulans yang bisa berjalan dengan kecepatan 130km/jam menuju ke rumah sakit terdekat.

Untuk kedepannya setelah melaksanakan magang dan bekerja di St John Ambulans, Rayhan bercita-cita untuk melanjutkan studinya dan mengambil jurusan Critical Care Paramedic, yang mana membuatnya bisa bekerja diberbagai sektor pelayanan emergency yang kualifikasinya diakui secara internasional, seperti, sebagai tenaga medis khusus dengan transportasi udara, yaitu Emergency Helicopter; sebagai Spesialis Paramedik di Kepolisian; atau di Angkatan Darat.
Meskipun telah menetap, bersekolah dan berkarir di negara orang, Rayhan menyatakan bahwa ia tetap cinta dan selalu ingat darimana ia berasal.

“Saya masih bisa berbahasa Jawa dan Indonesia. Mommy dan Daddy sering berkomunikasi dengan kedua bahasa tersebut dengan saya. Mommy sering masak masakan Jawa dirumah. Jadi ketika saya mudik menengok saudara dan Granny, Grandad bulan Juni tahun 2023, saya tidak asing lagi atau kaget dengan makanan-makanan yang disajikan. Insya Allah saya akan menengok mereka lagi ditahun 2024 ini,” pungkas Rayhan.

“Saat mudik di tahun 2023, Mommy mengajak saya dan Raynard ke tempat-tempat bersejarah seperti candi dan mengunjungi museum, Mommy bercerita tentang asal usul candi tersebut, sangat menarik dan membuat kami berdua ingin belajar lebih lagi,” tambahnya.

Sementara sang ayah, Pandu saat ditanya tentang peran orang tua dalam kiprah putra pertama mereka mengatakan sangat mendukung.

“Kami selalu memberi kesempatan kepada putra-putra kami untuk berkembang sesuai dengan minat dan bakat mereka masing-masing. Keduanya kami berikan kesempatan yang sama besar dan sama banyak. Tinggal bagaimana mereka memanfaatkannya dan bagaimana kami mengarahkannya. Akan tetapi kami juga memberi nasihat mereka harus berkomitmen dengan jalan yang mereka ambil dan menjadi yang terbaik di karier yang mereka pilih. Bertindak sebagai penasihat dan teman di saat bersamaan untuk mereka berdua,” kata Pandu.

“Selain itu bagi kami hal yang terpenting lagi adalah menanamkan pentingnya menjaga salat. Saya selalu tidak putus mengingatkan untuk tidak lupa sholat malam, fardhu dan Jum’at. Selalu saya ingatkan untuk membaca Al-Kahfi setiap hari Jum’at dan meng-khatamkan Al-Qur’an setiap bulan Ramadhan. Saya nasihatkan dengan begitu insya Allah, tidak hanya Allah selalu menjaga, melindungi dan melancarkan dia setiap hari-harinya berkegiatan dan melaksanakan tugas, akan tetapi juga doa saya dan dia akan tersambung dengan baik, itu saja. Alhamdulillah, Rayhan mampu melaksanakannya,” tutup Ibu Hesthi.(der)

spot_img

Berita Terkini

Arikel Terkait