Kimiawan Muda UM Menyulap Pasir Pantai Bajul Mati menjadi Zeolit Ramah Lingkungan

Pasir Pantai Bajul Mati (Dokumenasi penulis)

oleh:

TIM ZENIUS PKM*/Yana Fajar Prakasa

Malang merupakan salah satu kota pariwisata di Jawa Timur yang memiliki banyak pantai sebagai obyek wisata. Keindahan pantai tersebut tidak hanya pemandangan yang menggoda mata, tetapi kandungan mineral yang terdapat pada pasir pantainya. “Selama ini pasir pantai hanyalah sebagai penghias akuarium, sehingga nilai ekonomisnya masih rendah. Selain itu, jarang ada riset untuk mengembangkan lebih lanjut mengenai pasir pantai.”, kata Dinar selaku ketua tim riset.

Berangkat dari masalah tersebut, para mahasiswa yang dibimbing oleh Bapak Dr. Sumari, M.Si., dosen sekaligus Ketua Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang mencoba meneliti kandungan mineral yang terdapat pada pasir pantai, khususnya Pantai Bajul Mati.

Pantai Bajul Mati terletak di Desa Gajahrejo, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang, memiliki kekhasan tersendiri, yaitu pasir berwarna hitam dihiasi kilauan putih. Adanya warna pasir yang berbeda dari warna pasir pantai-pantai yang lain, mengindikasikan bahwa terdapat mineral-mineral yang dapat dimanfaatkan lebih lanjut. Tim yang terdiri dari Dinar Rachmadika Baharintasari selaku ketua tim, dan dua anggota yakni Muhammad Roy Asrori dan Yana Fajar Prakasa, mengambil sejumlah pasir yang ada di Pantai Bajul Mati tersebut.

Pasir yang menjadi sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan gayung khusus pengambil pasir, agar tidak terkontaminasi oleh bahan-bahan yang lain. Pengambilan dilakukan pada 8 titik yang mencakup keseluruhan pantai, sehingga cukup mewakili populasi pasir pantai tersebut. Selanjutnya pasir dibawa ke Laboratorium Penelitian FMIPA UM untuk dianalisis lebih lanjut.

Preparasi Pasir di Laboratorium (Dokumentasi penulisi)

“Sampel diberi perlakuan yaitu dihaluskan terlebih dahulu.”, ucap Roy. Langkah selanjutnya adalah mengkarakterisasi sampel menggunakan XRD (X-Ray Diffraction) dan XRF (X-Ray Fluoroscene). “Sampel yang telah dihaluskan dibawa ke Laboratorium Mineral dan Material Maju untuk uji XRD dan XRF. Tujuan untuk mengetahui kandungan mineral dalam pasir.”, tambah Yana, anggota tim.

Hasil analisis menunjukkan kandungan pasir Pantai Bajul Mati adalah Si (31,0%); K (0,77%); Ca(45,3%); Ti(1,41%); V(0,083%); Cr(0,097%); Mn(0,43%); Fe(19,0%); Cu(0,1%); Sr(1,8%); dan Eu(0,1%). Mineral yang menakjubkan seperti Fe (read: Besi) dan Si (read: Silika) menjadi minat tersendiri peneliti untuk mengembangkan lebih lanjut zat-zat yang terkandung tersebut. Dinar mengatakan, “Besi yang terkandung dalam pasir ini dapat dimurnikan dan dihasilkan besi murni yang dapat dijual ke pabrik-pabrik metal sehingga memiliki nilai ekonomis yang tinggi”. Roy menambahkan, “Selain itu, silika dapat dimurnikan dan dihasilkan silika murni yang dapat digunakan sebagai bahan pembuat semen dan katalis”. Oleh karena itu, tim yang dinamai Zenius ini akan meneliti lebih lanjut mineral yang terkandung pada pasir Bajul Mati, terutama pada silika. “Silika yang diambil menggunakan metode yang ramah lingkungan dan belum ada yang menggunakan metode ini, kemudian dimanfaatkan tim untuk mensintesis katalis berupa zeolit untuk hidrolisis selulosa. Hidrolisis selulosa akan dihasilkan glukosa yang akan kita sulap menjadi bioetanol. Perlu diketahui bioetanol adalah energi terbarukan yang dapat menggantikan bahan bakar fosil yang diperkirakan akan habis dalam waktu-waktu terdekat ini, sehingga diharapkan bioetanol dapat menjawab permasalahan bahan bakar fosil yang lambat laun semakin menipis.”

Zeolit Sintetis dari Pasir (Dokumentasi penulis)

Tim Zenius ini berhasil lolos dalam pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) di bidang penelitian eksakta tahun 2019. Bersama Malang Voice sebagai media partner, mereka berharap dengan adanya dukungan serta masukan dari berbagai pihak mereka dapat maju melangkah dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-32 yang akan diselenggarakan di Bali bulan Agustus mendatang.

*)TIM ZENIUS PKM:

Dinar Rachmadika Baharintasari, Mahasiswa Kimia UM

Muhammad Roy Asrori, Mahasiswa Kimia UM

Yana Fajar Prakasa, Mahasiswa Kimia UM