MALANGVOICE – Keseruan Kejuaraan 76 Indonesian Downhill (IDH) Urban 2025 di Desa Ngadiwono, Tosari, Kabupaten Pasuruan, tidak hanya dirasakan pembalap lokal. Rider asal Selangor, Malaysia, Joe Hwa Lim, juga ikut merasakan tantangan lintasan ekstrem tersebut.
Pada race yang digelar Minggu (14/9), pembalap muda tim PARS School itu tampil penuh semangat. Usahanya tak sia-sia. Turun di kelas Men Junior, Joe berhasil menembus lima besar dengan catatan waktu 02:05,358.
“Track di Ngadiwono sangat cepat dan berbeda dari biasanya. Saya senang sekali bisa balapan di sini,” kata Joe, pembalap berusia 18 tahun itu.
Global Talent Day Dorong Talenta Lokal Tembus Pasar Kerja Internasional
Menurut Joe, lintasan Ngadiwono menuntut strategi matang, terutama saat melewati obstacle. Ia mengaku banyak melakukan persiapan, mulai dari fisik hingga menyetel sepedanya.
“Melewati rintangan masih aman. Tapi rintangan kayu butuh strategi khusus, harus lebih hati-hati, slow down, dan atur kecepatan,” tambahnya.
Joe sudah berada di Indonesia selama tiga minggu untuk berlatih sekaligus mengikuti program PARS School. Ia mengaku banyak mendapat pengalaman baru dari pembalap Indonesia.
“Banyak hal yang saya pelajari di sini. Semoga nanti saya bisa ikut balapan lagi,” ujarnya.
Terpisah, Event Director 76 IDH Urban, Aditya Nugraha, mengatakan kejuaraan di Ngadiwono ini tak hanya menghadirkan hiburan, tetapi juga menjadi ajang pencarian bibit baru.
Mayoritas peserta tahun ini datang dari Jawa Timur dan kebanyakan turun di kelas junior. Menurut Aditya, hal itu menunjukkan perkembangan positif dunia downhill.
“Terakhir event ini digelar pada 2019. Sekarang kami ingin menghidupkan kembali downhill dengan lebih banyak kelas lomba supaya makin banyak yang tertarik ikut,” jelasnya.
Event selanjutnya akan digelar di Semarang pada 4–5 Oktober. Aditya berjanji, race berikutnya akan lebih meriah dengan porsi hiburan yang lebih besar, ditambah kontes agar semakin menarik bagi peserta maupun penonton.
Aditya juga menyampaikan terima kasih kepada masyarakat Ngadiwono yang telah mendukung penuh acara. Bahkan, 50 persen panitia berasal dari warga sekitar, mulai dari marshal, linmas, traffic, hingga katering.
“Setiap event kami hanya bawa tim inti 13 orang, sisanya warga lokal. Hasilnya sangat membantu kelancaran race sekaligus menggerakkan ekonomi desa,” ungkapnya.
Ia menambahkan, lokasi Ngadiwono dipilih setelah survei dan mendapat sambutan hangat dari perangkat desa serta warga setempat.
“Antusiasme warga luar biasa, ini sesuai dengan keinginan kami,” tutup Aditya.(der)