Kemenristek/BRIN Beri Dana Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Rp 6,5 Miliar untuk ITN Malang

Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ITN Malang, Awan Uji Krismanto (kiri) dan Rektor ITN Malang, Kustamar (kanan). (Lisdya)
Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ITN Malang, Awan Uji Krismanto (kiri) dan Rektor ITN Malang, Kustamar (kanan). (Lisdya)

MALANGVOICE – Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek)/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah menyiapkan dana untuk penelitian dan pengabdian masyarakat kepada perguruan tinggi baik negeri maupun swasta.

Dari beberapa perguruan tinggi, Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang menduduki cluster utama, dengan menempati urutan kedua. Diketahui, dana yang diperoleh ITN untuk penelitian sebesar Rp 6,5 miliar.

“Kami merupakan kampus swasta nomor satu dalam cluster tersebut,” ujar Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ITN Malang, Awan Uji Krismanto.

Dibanding tahun 2019, ITN Malang hanya memperoleh dana penelitian dan pengabdian masyarakat sekitar Rp 5,4 miliar.

Ia menyebut, jika LPPM ITN Malang sebenarnya sudah masuk ke cluster utama semenjak 2016.

“Untuk mendapatkan pendanaan sebesar tahun ini, kami harus bersaing dengan perguruan tinggi seluruh Indonesia. Ini capaian yang luar biasa,” ungkapnya.

Capaian ini, dijelaskan Awan merupakan hasil kinerja tim LPPM dengan proses yang terbilang lama. Meski tidak diperoleh secara instan, terdapat sistem online untuk memantau kinerja penelitian dari setiap dosen yang sangat membantu. Dengan sistem online itu, maka pembinaan terhadap dosen dan mahasiswa di bidang penelitian dan pengabdian masyarakat jauh lebih efektif.

“Tahun 2015 sudah dibangun sistem online. Kemudian kami sempurnakan, semua kinerja bagus mulai dari publikasi jurnal internasional, konferensi internasional, maupun di sisi prototype yaitu Teknologi Tepat Guna (TTG) yang nantinya akan diimplementasikan kepada masyarakat itu juga terus meningkat,” terangnya.

Sementara itu, Rektor ITN Malang, Kustamar membeberkan empat jurus yang dianggap berhasil dalam menduduki cluster utama.

Jurus pertama adanya pejuang-pejuang baru (dosen-dosen untuk meningkatkan kepangkatan). Kedua, kualitas proposal yang lebih baik. Ketiga, membuka wawasan dosen-dosen ke industri. Keempat, menggandengkan penelitian dosen dengan mahasiswa.

“Kami dari tahun ke tahun selalu meningkat, ini menjadi luar biasa, dilihat dari rangking kami dapat nomor dua di strata utama tingkat nasional,” tandasnya.(Der/Aka)