Kaum Milenial Serbu Pasar Tingwe di Tengah Harga Rokok Pabrikan Bikin ‘Sesak Nafas’

Rokok tingwe semakin digandrungi karena lebih ekonomis dibandingkan rokok pabrikan yang melejit seiring kenaikan cukai rokok (MG1/Malangvoice)

MALANGVOICE – Setiap tahun harga rokok selalu melambung karena mengikuti cukai membuat para perokok ‘sesak nafas’. Tahun ini saja, pemerintah menaikkan cukai rokok 12 persen.

Meski demikian, kenaikan harga rokok ini tak menghentikan kebiasan masyarakat untuk menikmati kepulan asap si ‘daun emas’ ini. Tak sedikit dari mereka memutar otak agar bisa tetap menikmati asap tembakau.

Alternatif yang dipilih beralih ke tingwe atau ngelinting dewe (melinting sendiri) yang dulu identik dengan orang tua, tapi belakangan menjadi trend di kalangan anak muda.

Tentu saja kaum milenial gak canggung dengan tingwe karena lebih ramah di kantong sehingga jadi pilihan di tengah melejitnya harga rokok pabrikan.

“Penikmat tingwe semakin meningkat dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Apalagi cukai rokok naik setiap tahun sehingga ini peluang memasarkan tembakau tingwe yang harganya lebih ekonomis,” kata Ketua Panitia Indonesian Tobacco Rolling Culture, Dimas Septiansa Rahman.

Event Indonesian Tobacco Rolling Culture dihelat oleh Komunitas Pecinta Tembakau Nusantara Indonesia (KPTNI) Korwil Malang Raya. Acara tersebut diselenggarakan di destinasi wisata Cafe Sawah, Desa Pujon Kidul, Kabupaten Malang (Sabtu, 22/1).

Dimas mengatakan, perhelatan ini merupakan sebuah ruang interaksi antarkomunitas penjual tembakau dengan komunitas lainnya, seperti komunitas kopi maupun pelaku bisnis thrift shop. Ada sekitar 40 stand yang dibuka untuk memeriahkan acara itu.

“Diikuti 10 komunitas yang berkecimpung di segala bidang. Mereka berasal dari daerah seluruh Indonesia,” ujar dia.

Sesuai dengan nama event itu, barang yang ditampilkan merupakan tembakau iris yang dikemas dan dilekati pita cukai. Harganya bervariatif dan yang pasti tak menguras kantong.

“Ada berbagai jenis tembakau di sini, mulai dari tembakau Kudus, Cianjur maupun dari Malang,” ucap dia.

Dipilihnya lokasi Pujon Kidul sebagai tempat penyelenggaraan acara, karena menurut Dimas, dulunya wilayah ini merupakan penghasil tembakau di Kabupaten Malang.

“Petani di sini dulunya mayoritas budi daya tembakau. Event ini sekaligus untuk melestarikan tradisi budaya karena tembakau maupun tradisi tingwe merupakan warisan budaya Nusantara,” papar dia.(end)