Jelang Nyepi, Umat Hindu Arak-arakan Ogoh-Ogoh di Malang

Ogoh-ogoh diarak keliling umat Hindu di Malang. (istimewa)

MALANGVOICE – Menjelang Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1945, umat Hindu di Malang menggelar upacara Tawur Agung Kesanga di depan gedung DPRD Kota Malang, Selasa (21/3).

Selesai upacara itu kemudian dilanjutkan dengan parade ogoh-ogoh yang diarak mengelilingi ruas jalan. Total ada 10 ogoh-ogoh yang diarak tersebut.

Tawur Agung Kesanga berdasarkan Lontar Sang Hyang Aji Swamandala, merupakan upacara Butha Yadnya yang bertujuan untuk kesejahteraan alam dan lingkungan.

Baca Juga: Umrah Saat Ramadan Pahalanya Menyamai Ibadah Haji Buat Jemaah Membludak

Petani Kesulitan Mendapat BBM Bersubsidi untuk Kebutuhan Alsintan

Ketua Parasida Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Putu Mada Arsana, mengatakan, upacara keagamaan ini pertama kali digelar secara terbuka setelah terhalang pandemi Covid-19 tahun lalu.

Sementara itu selesai parade, ogoh-ogoh yang dibentuk menyerupai Sang Yamadhipati, Kraken, Gamang Hanamaya, Nyi Rarung dan lainnya yang diarak kemudian dibakar. Hal ini sebagai simbol membersihkan hal buruk dalam diri manusia.

“Kali ini kita bisa kembali berkumpul dengan umat Hindu dan lainnya. Ini sebagai ajang dimana bisa saling mengingatkan dan membersihkan,” katanya.

Dengan melihat besarnya antusias masyarakat dalam parade ogoh-ogoh kali ini, ia berharap bisa kembali ke fitrah manusia dan mampu membersihkan diri dari hal negatif.

Ketua DPRD Kota Malang, I Made Riandiana Kartika, mengatakan, upacara menyambut Hari Raya Nyepi seperti ini bisa terlaksana setiap tahun. Ini menunjukkan keberagaman dan kerukunan yang ada di Kota Malang.

“Ini bentuk dukungan dari pemerintah untuk umat Hindu Malang Raya. Jadi intinya ini untuk melestarikan budaya yang dilakukan dipusat kota dan ruang terbuka,” jelasnya.

Ia berharap parade dan pembakaran ogoh-ogoh dari seluruh umat Hindu ini bisa menyerap energi negatif di dunia.

“Kan ogoh-ogoh dibakar. Ini supaya energi negatif yang dilewati ogoh-ogoh terserap. Jadi bukan menyembah yang seram, tapi menyerap dan membersihkan hal negatif,” imbuhnya.

Sementara Wali Kota Malang, Sutiaji turut membuka langsung parade ogoh-ogoh ini. Ia menyatakan, perayaan ini sebagai wujud bagaimana toleransi dan saling berdampingan antar agama dan budaya semakin nyata terlihat.

“Saya mohon kepada seluruh warga Kota Malang yang kita cintai supaya kita harus menunjukkan Malang ini milik bersama,” ungkapnya.(der)