MALANGVOICE – Generasi Millennial (lahir 1980-an hingga 2000-an) kerap disebut sebagai generasi melek internet. Mereka menyerap lebih banyak informasi dan dengan begitu dianggap lebih banyak tahu.
Namun, ada fakta menarik yang dibeberkan tim peneliti berbasis Inggris, Ofcom. Ditemukan, hanya 31 persen anak usia 12 hingga 15 tahun yang bisa membedakan antara iklan Google (yang sudah ditandai ‘Ad’) dengan hasil pencarian orisinil.
Ini membuktikan, kemudahan arus informasi tak berbanding lurus dengan kecerdasan. Justru, karena informasi terlalu mudah dan banyak tersedia, generasi millenial cenderung mudah percaya dan kurang kritis.
“Internet membuat anak-anak lebih mudah belajar, mecari sesuatu dari sudut pandang beragam dan tetap terkoneksi dengan semua orang,” diakui kepala penelitian Ofcom James Thickett, sebagaimana dilaporkan TheVerge (28/11)
“Tapi, para digital native ini masih membutuhkan bantuan agar tahu bagaimana menyelami informasi yang dibeberkan dunia maya,” ia menambahkan.
Tes lain pada anak usia 12 hingga 15 tahun menunjukkan, 19 persen dari total responden benar-benar percaya bahwa informasi yang dibeberkan hasil pencarian Google teratas adalah informasi paling relevan yang bisa dipercaya.
Padahal, kolom teratas tersebut kerap kali berisi informasi dari pengiklan. Persepsi yang keliru ini juga terulang saat menjajal YouTube.
Lebih dari 50 persen hasil survei pada anak usia 12 hingga 15 tahun menunjukkan, mereka tak sadar akan konten promosi pada YouTube.
Misalnya ada selebritas YouTube yang mendukung produk makanan pada video yang diunggah. Mayoritas millenial yang diteliti tak tahu bahwa itu adalah bentuk promosi. Mereka percaya bahwa sang artis benar-benar sedang menunjukkan makanan kesukaannya.
Ketidaktahuan ini jelas menguntungkan pengiklan, namun merugikan konsumen. Untuk itu, awal tahun ini Federal Trade Commision (FTC) telah menuntut Google atas masalah promosi.
FTC berfokus pada layanan YouTube Kids yang khusus menyasar anak-anak. Menurut FTC, YouTube Kids membuat anak-anak bingung dalam membedakan iklan dengan konten orisinil.
FTC mengimbau agar semua layanan jejaring sosial (Google, YouTube, Instagram, Facebook, Twitter) yang menyisipkan promosi, benar-benar membuat garis jelas antara konten orisinil dengan iklan.
sumber: