Gaya Seniman Kritik Sosial Lewat Street Art di Semeru Art Gallery

karya-karya yang dipamerkan selama empat hari. (anja a)
karya-karya yang dipamerkan selama empat hari. (anja a)

MALANGVOICE – Selama 19 tahun malang melintang di beberapa kota di Indonesia untuk bombing, kini Revolt, begitu label jalanan seniman yang dipakai, berkesempatan memamerkan puluhan karyanya di Semeru Art Gallery, Malang.

Acara yang digelar 18-21 Agustus 2018 ini memamerkan berbagai karya seerti lukisan, mural, zines, komik underground, wheatpaste art, stencil art, skena street art, dan juga sekaligus launchung buku.

Revolt mengatakan, kali ini karyanya mencoba mengkritik seputar isu politik dan sosial di Indonesia.

“Semuanya direpresentasikan dalam karya yang menghibur khas street art. Revolt memang ingin mengangkat kembali street art kritis yang berbobot dan tidak cuma sekedar mengangkat unsur ekstetika saja, tapi isunya juga diangkat,” katanya saat ditemui Mvoice.

Acara ini tentunya menyasar para pecinta, pelaku seni, dan masyarakat untuk lebih peka dengan keadaan di Indonesia. Momen peringatan kemerdekaan ini merupakan kesempatan untuk merenung dan menanyakan arti merdeka yang sebenarnya.

Karena makna kemerdekaan itu, lanjut Revolt, bukan hanya soal tidak berperang. Tapi apakah masyarakat sudah bebas dari perang baru, yaitu perang dengan kemiskinan, bebas dari teroris, dan banjirnya sampah vusual iklan konsumtif kota.

Pameran juga diisi dengan berbagai kegiatan pendukung seperti aktivitas sablonase on the spot dari Swastika Merch, Workshoo membuat stiker manual Rumahatas Gallery, Lapak komik dari Bunuhdiri Room, bincang buku ‘Cerita Jalanan dan Kebudayaan Urban Surabaya’ karya Revolt dan juga live music.(Der/Aka)