Eco Enzym Diyakini Sembuhkan Hewan Terjangkit PMK

Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko secara simbolis memberikan cairan eco enzym bagi petani dan peternak saat panen eco enzym di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji. (Pemkot Batu/Malangvoice)

MALANGVOICE — Dinas Lingkungan bersama relawan memanen 7 ton eco enzym di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Kamis, (9/6).

Olahan fermentasi sisa bahan-bahan organik itu dibuat oleh bank-bank sampah bisa didapat di tiap desa/kelurahan.

Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko menuturkan, berdasarkan hasil riset, eco enzym dapat dimanfaatkan untuk menyembuhkan hewan ternak sakit. Salah satunya penyakit mulut dan kuku (PMK) yang merebak luas.

“Banyak hewan ternak yang terjangkit PMK, sembuh dengan cairan ini. Saya harap ada penelitian lanjutan mengenai penggunaan cairan eco enzym terhadap hewan ternak,” kata Dewanti.

Kemanjuran cairan itu disampaikan Gung Endah Tuti Rahayu. Perempuan 58 tahun itu merupakan relawan yang memprakarsai pembuatan eco enzym bekerja sama dengan DLH Kota Batu.

Gung Endah mengatakan, salah satu anggota komunitasnya di Desa Tulungrejo, merasakan manfaat eco enzym. Saat itu, sapi milik anggotanya sakit. Kemudian cairan tersebut disemprotkan ke kandang ternak dan diminumkan ke hewan peliharaannya.

“Awalnya tidak tahu sakit PMK, lalu diberikan EE. Pada akhirnya, membuat sapinya sembuh. Pernah dicoba di Pujon, Kabupaten Malang. Hasilnya sama, sapi sembuh dengan cairan eco enzym. Dari pengalaman dua orang yang saya kenal, kemudian saya bagikan ke teman-teman lainnya dan juga Pemkot Batu,” tutur dia.

Eco enzym merupakan teknik mengolah sisa bahan organik dengan proses fermentasi. Eco enzyme pertama kali dikembangkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong, pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand, yang melakukan penelitian sejak tahun 1980-an. Kemudian, eco enzyme diperkenalkan lebih luas oleh Dr. Joean Oon, seorang peneliti Naturopathy dari Penang, Malaysia

DLH Kota Batu pun menggalakkan pembuatan eco enzym dengan melibatkan peran-peran bank sampah di tiap desa/kelurahan.

Pembuatan eco enzym menggunakan bahan-bahan organik, seperti sisa buah-buahan maupun sayur mayur yang belum membusuk. Selanjutnya dicampur dengan molase (tetes tebu) dan air. Kemudian disimpan selama 20 hari hingga menghasilkan cairan itu.

“Mulai tahun 2020, pemerintah sudah memberikan pembinaan dan pelatihan kepada masyarakat untuk membuat Eco Enzyme, dan saat ini kita rasakan begitu banyak manfaat dari pengolahan sampah menjadi Eco Enzyme,” kata Kepala.DLH Kota Batu, Aries Setiawan.(end)