Deteksi PTM untuk Mengetahui Kualitas Kesehatan ASN Kota Batu

ASN Kota Batu mengikuti layanan pemeriksaan deteksi PTM yang digelar Dinkes Kota Batu. (MVoice/Dinkes Batu).

MALANGVOICE– Dinkes Kota Batu menyasar seluruh aparatur sipil negara (ASN) Pemkot Batu dalam mendeteksi penyakit tidak menular (PTM). Mengingat penyakit degenerative itu berkembang secara perlahan dan terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi secara global sehingga menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat.

Pemeriksaan digelar mulai 23 Februari hingga 8 Maret nanti. Upaya deteksi tersebut guna mengetahui faktor risiko terjadinya PTM, termasuk pada masyarakat usia produktif. Metode pemeriksaan meliputi tekanan darah, gula darah dan asam urat. Dalam menjalankan pemeriksaan, turut melibatkan tenaga kesehatan dari puskesmas se Kota Batu.

Koordinator Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Penanganan Bencana Dinas Kesehatan Kota Batu, dr Susana Indahwati menuturkan, deteksi PTM bertujuan untuk menilai kualitas kesehatan ASN Kota Batu. Sehingga bila ditemukan keadaan abnormal dapat dilakukan penanggulangan segera.

“Deteksi dini faktor risiko PTM ini dilakukan karena ASN sebagai abdi negara memiliki tugas utama adalah melayani masyarakat secara prima,” tutur dia.

Baca juga:
Berkat Pelayanan Publik Terbaik, Polresta Malang Kota Terima Penghargaan dari Ombudsman RI

Pemotor Ngamuk Ditegur karena Merokok di Jalan Minta Maaf dan Mengaku Malu

Ngaku Dokter Buka ‘Praktik’ Penggelapan Motor, Berakhir Ditangkap Polsek Klojen

BCA Expoversary 2024 Berikan Promo Menarik KPR dan Kredit Motor DP 0 Persen Khusus Nasabah Malang Raya

Pemeriksaan yang dilakukan meliputi wawancara faktor risiko, pengukuran berat badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran lingkar perut, pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan laboratorium sederhana (gula darah, kolesterol dan asam urat darah), dan konsultasi dokter. Beberapa faktor yang dapat memicu penyakit tidak menular seperti kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, dan pola hidup tidak sehat seperti kurangnya aktivitas fisik dan pola makan sembarangan.

“Pada awal perjalanan PTM seringkali tidak bergejala dan tidak menunjukkan tanda klinis secara khusus sehingga datang sudah terlambat atau pada stadium lanjut akibat tidak mengetahui dan menyadari kondisi kelainan yang terjadi pada dirinya” terang Susan.

Ia menambahkan, pemeriksaan deteksi dini faktor risiko PTM untuk ASN di Kota Batu rencananya akan dilakukan minimal dua kali setahun. Hal itu sebagai upaya pengendalian maupun pencegahan bagi mereka yang belum memiliki riwayat atau berisiko PTM. Selanjutnya bagi yang sudah menyandang PTM, pengendalian bertujuan untuk mencegah komplikasi, kecacatan dan kematian dini serta meningkatkan kualitas hidup.

“PTM menjadi masalah kesehatan masyarakat yang menimbulkan kesakitan, kecacatan dan kematian yang tinggi. Serta menimbulkan beban pembiayaan kesehatan. Sehingga perlu dilakukan penyelenggaraan penanggulangan melalui pencegahan, pengendalian dan penanganan yang komprehensif, efisien, efektif, dan berkelanjutan,” papar dia.

Susan menjelaskan, perkembangan penyakit kronis pada umumnya lambat dan memiliki durasi yang panjang. Di Indonesia, mayoritas PTM diderita individu berusia 30-70 tahun. Penyakit yang paling banyak ditemui meliputi pembuluh darah otak (20,7%), jantung iskemik (14,7%), diabetes (9,6%), hipertensi (5,4%), paru obstruksi kronis (4,2%) dan tumor ganas pada payudara (1,7%).

“PTM menimbulkan angka kematian yang tinggi tiap tahunnya dan dapat menjangkiti individu di berbagai usia maupun negara di seluruh dunia,” pungkasnya.(der)