MALANGVOICE- Sekarang ini crypto telah menjadi alat investasi dan trading yang banyak disukai oleh masyarakat, terutama generasi muda. Mereka lebih memilih Bitcoin atau crypto dibandingkan investasi lainnya seperti saham, forex, emas, dll.
Ada beberapa cara yang dapat kamu lakukan untuk mendapatkan Bitcoin, selain kamu melakukan pembelian Bitcoin, mendapat hadiah, mendapatkan kiriman, maka ada cara lain yang bisa kamu lakukan untuk mendapatkan Bitcoin, caranya dengan nambang Bitcoin.
Namun melakukan penambangan Bitcoin bukan pekerjaan yang mudah dan murah. Pasalnya kamu harus memiliki modal komputer dan biaya listrik, selain pengetahuan untuk memecahkan algoritma blockchain.
Namun sebelum melakukan trading atau investasi crypto maka hal pertama kali yang harus kamu pelajari adalah analisa teknikal. Dimana kamu belajar membaca grafik pergerakan harga BTC sekarang, sehingga kamu bisa mengetahui arah Bitcoin atau aset crypto lainnya.
Dalam grafik tersebut selain mendapatkan informasi harga Bitcoin, maka kamu juga akan mengetahui berapa volume perdagangan setiap harinya, kapitalisasi pasar, hingga indikator lain yang bisa kamu gunakan untuk menganalisis.
Terdapat beberapa aplikasi crypto yang telah teregulasi di Indonesia, salah satunya Pintu yang menyediakan fitur terlengkap, biaya trading rendah, serta variasi token yang banyak lebih dari 320+ token sehingga cocok untuk investor pemula maupun trader aktif dan professional.
Ternyata, volume perdagangan memiliki hubungan dengan pergerakan harga seperti breakout dan fakeout. Hal ini terjadi karena volume perdagangan dapat menunjukkan seberapa besar keterlibatan pasar dalam perubahan harga.
1. Apa yang Dimaksud dengan Break Out?
Break out merujuk pada situasi ketika harga aset melewati level support atau resistance yang penting. Dalam konteks trading, break out bisa menjadi tanda adanya perubahan besar dalam tren atau kelanjutan dari tren yang ada.
Trader umumnya melihat break out sebagai sinyal kuat untuk membuka posisi baru atau menambah posisi yang sudah ada. Ada dua jenis utama break out, yaitu:
Break Out Bullish: Ini terjadi saat harga melewati resistance, menandakan kemungkinan harga akan terus meningkat. Break out bullish lazimnya diinterpretasikan sebagai sinyal positif yang memberikan peluang bagi trader untuk membeli aset.
Break Out Bearish: Ini muncul ketika harga melewati support, menandakan bahwa harga mungkin akan terus menurun. Break out bearish sering kali diikuti oleh tren penurunan yang kuat, memberikan sinyal kepada trader untuk menjual atau melakukan short.
2. Apa yang Dimaksud dengan Fake Out?
Fake out adalah situasi di mana harga melewati level support atau resistance tetapi kemudian cepat berbalik, menunjukkan bahwa pergerakan tersebut adalah sinyal yang tidak valid.
Fake out dapat terjadi pada semua time frame dan dapat menyebabkan kerugian bagi trader yang terjebak dengan sinyal break out yang salah ini. Beberapa penyebab fake out meliputi:
Ketersediaan Volume yang Rendah: Break out yang terjadi tanpa dukungan volume trading yang besar cenderung lebih mudah berbalik arah dan menjadi fake out.
Manipulasi Pasar oleh “Whales”: Pemain besar di pasar seringkali memanfaatkan fake out untuk mengubah pergerakan harga demi keuntungan pribadi mereka.
Tingginya Volatilitas: Di pasar crypto yang sangat tidak stabil, pergerakan harga yang cepat naik turun dalam waktu singkat bisa menyebabkan terjadinya fake out.
Apa Kaitan Volume Trading dengan Breakout dan Fakeout?
Volume perdagangan dapat berfungsi sebagai salah satu sinyal untuk menentukan apakah pergerakan harga suatu aset yang mencoba menembus level resistensi, didukung oleh partisipasi yang lebih besar dari pembeli atau penjual.
Contohnya adalah sebagai berikut:
Breakout + volume tinggi → bisa menjadi sinyal breakout karena didukung oleh keterlibatan pasar, kemungkinan harga akan terus bergerak ke arah breakout jika aktivitas pembelian lebih kuat.
Breakout + volume rendah → bisa menjadi sinyal fakeout, karena pasar masih ragu terhadap pergerakan ini.
Perlu diingat, meskipun volume perdagangan ini dapat berfungsi sebagai indikator yang membantu dalam menganalisis pergerakan harga, volume harus dilihat bersama dengan konteks lainnya seperti struktur pasar, aksi harga, dan sentimen secara keseluruhan.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, umumnya suatu aset yang ingin menembus level resistensi memerlukan dukungan volume pembelian yang lebih tinggi daripada volume penjualan. Contoh kasus dapat dilihat dalam grafik harga Bitcoin berikut ini.
Contoh analisis volume perdagangan dan breakout Bitcoin (BTC) pada time frame 1 hari.
Tampak bahwa Bitcoin mengalami fase sideways yang cukup lama sebelum akhirnya berhasil menembus batas resistensi. Breakout terjadi ketika volume perdagangan harian meningkat secara signifikan dari rata-rata volume harian yakni lebih dari dua kali lipat.
Volume ini menunjukkan minat beli yang tinggi dari pasar yang mendukung pergerakan harga, sehingga setelahnya Bitcoin berhasil menembus batas resistensi setelah memantul dari garis 6-SMA (Simple Moving Averages).
Studi Kasus Volume Perdagangan dan Fakeout Bitcoin (BTC)
Fakeout, yang juga sering disebut false breakout, biasanya terjadi akibat kurangnya minat pasar pada level harga tertentu. Misalnya, dalam grafik harga Bitcoin di bawah ini.
Contoh analisis volume perdagangan dan fakeout Bitcoin (BTC) pada time frame 1 jam
Grafik di atas menunjukkan pergerakan harga Bitcoin dalam jangka waktu kecil, yaitu 1 jam. Terlihat bahwa harga Bitcoin mengalami kesulitan untuk menembus level resistensi (ditandai dengan warna oranye), karena kurang didukung oleh partisipasi pasar volume perdagangan rendah, bahkan jika dibandingkan dengan volume saat harga memantul dari level support.
Divergensi juga terjadi dengan indikator OBV (On-Balance Volume) yang menunjukkan bahwa meskipun harga meningkat, OBV justru menunjukkan penurunan.
Sebuah breakout dari level resistance hanya dapat terjadi setelah terdapat fakeout dan harga membentuk pola double bottom dengan dukungan peningkatan volume trading yang lebih dari dua kali lipat rata-rata volume trading pada timeframe tersebut.
Apakah kamu sudah terlanjur membeli saat harga menunjukkan fakeout? Gunakan stop-loss untuk mencegah kerugian yang lebih besar kamu bisa memanfaatkan fitur OCO atau Stop-Limit yang tersedia di aplikasi Pintu.
Tips untuk Menganalisis Volume Trading
Menggunakan Indikator Tambahan: Campurkan analisis volume seperti batang volume trading, OBV, A/D Line, atau VMA dengan indikator lainnya seperti RSI, MACD, atau moving averages.
Memperhatikan Level Support dan Resistance: Pergerakan harga biasanya dipengaruhi tidak hanya oleh volume trading, tetapi juga oleh level harga historis seperti support dan resistance.
Mengawasi Sentimen Pasar: Pastikan bahwa breakout didasarkan pada sentimen pasar, bukan karena rumor atau berita yang tidak jelas.
Jadi, Apakah Analisis Volume Trading Dapat Mendeteksi Breakout dan Fakeout?
Iya, analisis volume memang dapat membantu kamu untuk membedakan antara breakout dan fakeout, tetapi tidak berarti kamu bisa sepenuhnya mengandalkannya untuk keputusan beli atau jual.
Perlu diingat, semua aktivitas jual beli crypto memiliki resiko dan volatilitas yang tinggi karena sifat crypto dengan harga yang fluktuatif.
Maka dari itu, selalu lakukan riset mandiri (DYOR) dan gunakan dana yang tidak digunakan dalam waktu dekat (uang dingin) sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli bitcoin dan investasi aset crypto lainnya menjadi tanggung jawab para trader dan investor.