Blusukan ke Kayutangan, Anton Ingin Genjot Kampung Wisata Religi

ASIK usai berziarah ke makam Mbah Honggo, Kamis (15/3/2018)

MALANGVOICE – Calon Wali Kota Malang, HM Anton menyatakan potensi pariwisata Kota Malang yang menggeliat dalam beberapa tahun terakhir, perlu diarahkan lagi pada pengembangan karakter wisata yang unik. Ini untuk mewujudkan Kota Malang sebagai salah satu basis perekonomian kreatif Indonesia.

Menurut Anton, meski Kota Malang tidak mempunyai objek wisata alam, maupun objek wisata buatan berskala besar, tapi Kota Malang dinilai memilik kekuatan posisi strategis yang bisa didorong untuk menangkap peluang jasa perhotelan dan paket wisata lainnya.

Sementara itu, lanjut dia, terciptanya puluhan kampung tematik, di Kota Malang dalam tiga tahun terakhir, membuat kampung-kampung lain terdorong untuk berinovasi.

Salah satu yang ingin digenjot adalah Kampung Wisata Religi Makam Mbah Honggo Koesoemo di kawasan Kayutangan. Mbah Honggo sendiri merupakan tokoh yang dipercaya masyarakat sekitar adalah guru spiritual Bupati Malang yang pertama yaitu, R. A. A. Notodiningrat. Diyakini pula keberadaan Mbah Honggo berkaitan erat dengan Ki Ageng Gribig dan Imam Soedjono di Gunung Kawi.

Dalam kompleks makam yang terletak di RT 01 RW 09, Kelurahan Kauman, Kecamatan Klojen tersebut ada beberapa makam tokoh-tokoh Malang yang lain seperti P. M. Singodjoyo dan K. P. Soero Adimerto.

Anton mengaskan bahwa ternyata di tengah kota yang identik dengan bangunan kolonial ini juga masih terdapat peninggalan bersejarah perjuangan Islam.

Rencananya, Makam Mbah Honggo merupakan menu paket wisata Kayutangan. Sebab, dalam wisata Kayutangan menyuguhkan eksotisme pusat perbelanjaan Kayutangan, Makam Mbah Honggo, saluran irigasi peninggalan Belanda baik irigasi primer maupun sekunder. “Ini upaya untuk membangkitkan Kayutangan sebagai raganya Kota Malang, sebagai kawasan heritagenya Kota Malang,” kata Anton yang didampingi Syamsul Mahmud usai berziarah ke makam Mbah Honggo, Kamis (15/3/2018) pagi.

Anton menganggap langkah tersebut adalah langkah yang strategis untuk semakin mengangkat sektor pariwisata di Kota Malang. Karena wilayah Kayutangan yang juga bersebelahan dengan Kampung Talun, punya nilai historis yang besar.

Perlu diketahui, bahwa pada zaman penjajahan Belanda, Talun sudah menjadi kampung dengan peradaban yang paling maju dibandingkan kampung yang lain. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya saluran air utama di Kota Malang yang dibangun oleh Belanda.

“Kampung Talun di kawasan Kayutangan ini, dulunya merupakan kampung kuno yang mengawali peradaban Kota Malang. Ketika itu, banyak penduduk yang tinggal di sekitar sungai di kampung ini,” beber Pria berlatarbelakang pengusaha itu.

Agaknya Anton tahu betul tentang sejarah panjang Kampung Talun. Suami Dewi Farida Suryani itu juga punya ikatan emosional dengan wilayah yang masuk dalam Kelurahan Kauman, Kecamatan Klojen itu.

“Dulu (sewaktu muda) Saya jualan buku door to door. Hampir tiap hari saya lewat kampung sini. Karena langganan banyak yang tinggal disini,” kata Alumnus SMP Negeri 8 Malang yang bersebelahan dengan Kampung Talun itu.

Anton menyebutkan dibangunnya kampung tematik seperti kampung religi Kayutangan ini, merupakan kontribusi nyata dari warga untuk melestarikan budaya yang bisa diteruskan oleh penerus bangsa.

“Ini merupakan upaya untuk melestarikan budaya, agar tetap lestari,” pungkasnya.(Der/Ery)