MALANGVOICE – Mengisi liburan akhir pekan bersama keluarga dan kerabat, ada baiknya berkunjung ke Objek wisata Banyu Anjlok di Desa Lenggoksono, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang.
Destinasi wisata yang baru dibuka setahun lalu tersebut menjadi magnet bagi wisatawan. Tidak kurang 400-450 orang setiap harinya berkunjung dan menikmati keelokan pantai tersebut.
Lokasinya terlihat asri, bersih dan alami. Pemandangannya juga tidak kalah dengan tempat wisata lainnya. Khusus pecinta selfie, layak dan patut mencobanya.
Dinamakan banyu anjlok karena air dari sumber pegunungan yang mengalir ke air terjun banyu anjlok setinggi 10 meter, terhubung langsung ke pantai. Biasanya air terjun tersebut mengalir deras di musim penghujan, karena kemarau debit airnya berkurang.
Untuk sampai ke wisata penuh adrenalin tersebut, butuh waktu sekitar 2,5 jam dari Kota Malang, bagi pengguna roda dua, dan jika menggunakan mobil bisa lebih panjang perjalannya.
Sesampainya di Desa Lenggoksono, pengunjung dipatok tiket masuk Rp 5 ribu per orang. Dari tempat loket, masih harus menempuh perjalanan 3,5 km. Itupun harus berkendara melewati jalan setapak, terjal naik-turun. Butuh keberanian lebih bagi orang baru karena samping kanan-kiri langsung dihadapkan dengan jurang.
Jika tidak, pengunjung dapat menyewa jasa ojek yang dipatok Rp 25 ribu per orang. Bila takut ketinggian, bisa pula menggunakan perahu untuk sampai tujuan, hanya butuh 7 menit ke lokasi air terjun dan pantai banyu anjlok.
Setiap orang dipatok harga Rp 50 ribu. Besaran biaya itu bisa mendatangi tiga tempat sekaligus yakni, banyu anjlok, pantai bolu-bolu dan sport snorkeling. Tiap sport diberi waktu 30 menit.
Salah satu pemilik perahu, Waskito, mengakui, mulai dibukanya wisata banyu anjlok memberi dampak positif bagi warga desa. Pasalnya, warga yang mayoritas petani kopi dan cengkeh bisa mendapatkan berkah dan penghasilan lebih.
Dikatakan, setiap hari libur ada 32 perahu yang siap mengantar pengunjung ke lokasi wisata. Transportasi laut ini lebih mudah dan cepat.
Setiap perahu terisi 10 orang lengkap mengenakan pelampung keselamatan.
“Kalau tidak fasih naik sepeda, jangan coba-coba lewati jalan setapak berbukit. Apalagi, di musim penghujan,” katanya.
Melayani wisatawan menjadi pekerjaan sampingan nelayan sekitar. Penghasilannya cukup menggiurkan, untuk hari libur tiap nelayan mampu meraup keuntungan Rp 450 ribu, sudah termasuk potongan ke kas desa dan operasional.
Hal senada diungkapkan Sanusi. Menurutnya, belum ada kejelasan pengelolaan wisata baru ini. Apakah dikelola langsung pemerintah daerah atau pemerintah desa.
“Fasilitas menuju tempat wisata jauh dari layak, di lokasi wisata juga belum tersedia kamar mandi, dan fasilitas lainnya. Padahal, antusias pengunjung cukup besar,” akunya.
Dalam waktu dekat, akan ada lokasi baru yakni Taman Glendang yang juga bisa dibuat snorkeling.
“Sekarang yang dibuat snorkeling di pantai kletaan, semoga tambahan sport ini bisa semakin banyak pengunjung yang ke sini,” harapnya.