MALANGVOICE– Lazimnya orang-orang cenderung terlena berbelanja secara impulsif tanpa mempertimbangkan kebutuhan saat menerima THR Lebaran. Kebiasaan ini mengakibatkan uang tunjangan tersebut cepat ludes. Maka sangat penting untuk merencanakan pengelolaan agar tidak sekadar numpang lewat sia-sia. Minimal menyisihkan sekitar 20 persen untuk menambah tabungan.
Perencana Keuangan Independen Pandji Harsanto mengatakan bahwa sudah menjadi kebiasaan di negara ini bagi karyawan menerima THR sebelum Lebaran. Namun, penting bagi Anda menyisihkan atau mengalokasikan sebagian dari THR untuk ditabung.
GRIB Jaya Kota Malang: Transformasi Ormas, Ubah Stigma Negatif Menuju Pemberdayaan Ekonomi
“Siapa pun yang menerima THR baik karyawan maupun pekerja lepas, di mana pun berada, dan kapan pun THR tersebut diterima, semua perlu memahami pentingnya pengelolaan keuangan yang bijak,” kata Pandji dikutip dari situs CNBC Indonesia.
Perlu perincian terkait anggaran kebutuhan Lebaran agar keuangan tidak menipis usai Lebaran. Dengan rencana pengelolaan yang baik, uang THR bisa memperkuat fondasi keuangan pribadi maupun keluarga. Dikutip dari Tempo, Ada sejumlah strategi yang dipaparkan Direktur Utama perusahaan layanan finansial PT Indonesia Fintopia Technology (Easycash) Nucky Poedjiardjo.
“Manajemen keuangan yang baik adalah kunci stabilitas finansial. THR bukan sekadar tambahan pemasukan melainkan peluang untuk membangun masa depan yang lebih terencana,” kata dia.
Terpenting jangan mudah kalap saat melihat nominal uang bertambah di rekening. Sehingga harus selektif dalam membedakan keinginan dan kebutuhan. Untuk itu, harus tetap mengalokasikan gaji untuk kebutuhan bulanan, sedangkan THR untuk keperluan menjelang hari raya. Jika penerimaan THR telah mencukupi kebutuhan, maka saatnya untuk menambah dana cadangan yang dapat ditabung guna kebutuhan lain.
Ia menyebut tiga strategi memanfaatkan uang THR agar dapat bermanfaat jangka panjang. Pertama, mengatur alokasi pemanfaatan uang THR dengan rasio 40:30:20:10. Sebanyak 40 persen dana THR dapat dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan dan gaya hidup, 30 persen untuk membayar cicilan atau kewajiban finansial, 20 persen untuk investasi dan perlindungan masa depan seperti tabungan, dana darurat, dan asuransi, serta 10 persen disisihkan untuk zakat dan sedekah.
Kedua, menentukan prioritas pengeluaran. Pastikan kebutuhan utama seperti kesehatan, pendidikan, atau investasi diri mendapat porsi dana yang lebih besar dibanding keperluan yang bersifat konsumtif.
“Penting untuk membedakan antara keinginan dan kebutuhan, terutama di momen seperti Lebaran. Jangan sampai euforia Lebaran membuat kita lupa kebutuhan jangka panjang, apalagi tanggung jawab seperti utang atau kewajiban lainnya,” ujar Nucky.
Ketiga, menghindari pengeluaran impulsif. Nucky menggatakan pentingnya disiplin mengelola keuangan karena keputusan kecil hari ini bisa berdampak besar pada kondisi keuangan di masa depan. “Sebelum belanja, buatlah daftar kebutuhan dan pastikan tetap berpegang pada anggaran yang telah dibuat,” sarannya.(der)