Angka Penggangguran Kota Batu Tertinggi Kedua di Jatim

Disnaker Kota Batu bekerja sama dengan PT Indomarco Prismatama untuk mengatasi persoalan pengangguran. (MVoice/Pemkot Batu)

MALANGVOICE – Tingkat pengangguran di Kota Batu menempati peringkat tertinggi kedua di Jawa Timur.

Beradasarkan rilis BPS, angka pengangguran sebesar 8,43 persen atau tembus 10.175 orang pada tahun 2023. Trend itu mengalami peningkatan dibanding 2021 lalu yang tercatat sebanyak 8.101 orang. Kemudian pada 2022, ada lonjakan angka penggangguran sebanyak 11.199 orang.

Sekretaris Disnaker Kota Batu, Adiek Imam Santoso mengatakan, pemerintah berkolaborasi dengan berbagai elemen guna mengatasi pengangguran. Salah satu bekerja sama dengan pihak swasta guna menyerap tenaga kerja. Seperti dengan menggandeng PT Indomarco Prismatama yang diikuti sekitar 300 pencari kerja beberapa waktu lalu.

“Seperti diketahui bersama, bahwa pengangguran terbuka di Kota Batu berdasarkan data BPS tertinggi kedua di Jatim setelah Kabupaten Sidoarjo. Karenanya, strategi menggandeng pihak ketiga merupakan salah satu bagian dari upaya untuk mengurangi pengangguran,” jelasnya.

Baca juga:
Data Kependudukan Jadi Kendala Proses Coklit Pemilih Kota Batu

Cak Udin Minta Sinergisitas Pemdes dan P3MI Perhatikan TKI

OPPO eXperience Store Malang Wadahi Inspirasi Anak Muda Gali Potensi Ekonomi Digital

Modena Luncurkan Seri Freestanding Cooker Terkini

Selain itu, untuk mengatasi persoalan penganguran, Disnaker mengusulkan pembangunan balai latihan kerja (BLK). Hadirnya fasilitas penunjang itu guna mematangkan keterampilan berdasarkan kompetensi yang dimiliki pencari kerja. Sehingga mereka siap ketika terjun ke dunia kerja, bahkan diharapkan bisa membuka lapangan kerja baru.

“Kota Batu juga sebenarnya butuh Balai Latihan Kerja (BLK). Saat ini sudah masuk program prioritas daerah, mungkin tahun depan akan dibangun,” katanya.

Kabid Tenaga Kerja Disnaker Kota Batu, Suyanto beralasan, meningkatknya angka pengangguran lantaran pencari kerja, terutama yang baru lulus sekolah enggan keluar Kota Batu. Sementara ketersediaan lapangan kerja di Kota Batu sangat terbatas. Belum lagi, mereka harus bersaing dengan pencari kerja (pencaker) dari daerah luar yang mencari kerja di Kota Batu.

“Dengan adanya kondisi itu, membuat posisi pencaker dari Kota Batu terdesak dengan para pencaker-pencaker dari kota lain. Sedangkan lowongan pekerjaan yang tersedia di Kota Batu juga kebanyakan tak sebanding dan tak sejalan dengan keahlian dan ijazah lulusan sekolah yang ada,” jelas Suyanto.

Baca juga:
Sandiaga Uno Ingin Realisasikan 1,1 Juta Lapangan Kerja Baru di Tengah Pandemi

Perekonomian Lesu, Angka Pengangguran Terbuka Kota Batu Capai 5,93 Persen

Selama 2 Tahun, Angka Pengangguran Kota Batu Melonjak Tajam

Pengangguran Meningkat 6,5 Persen, Disnaker Kota Batu Baka Gelar Job Fair

Dia menambahkan, karena Kota Batu ini kota wisata, kebanyakan lowongan kerja yang ada di bidang perhotelan dan dunia pariwisata. Padahal angka lulusan terbanyak di Kota Batu ada di bidang pertanian. Sedangkan sektor pertanian lowongan kerjanya lebih sempit. Menurutnya, naiknya angka pengangguran di Kota Batu bukan karena lulusan Kota Batu tak ingin bekerja di luar daerah saja. Namun efek pandemi juga menjadi penyebabnya.

“Tercatat para pendaftar kartu pra kerja tahun 2020 dan 2021 lalu, rata-rata pendaftar tersebut merupakan karyawan yang ter-PHK imbas efisiensi pegawai, karena adanya Covid-19. Sebagian besar yang di PHK berasal dari pekerja di area wisata,” ungkap dia.(der)