Ambarwati, Kenalkan Bahasa Indonesia Lebih Menarik lewat Humor

Ambarwati di kantornya (anja)

MALANGVOICE – Humor merupakan aspek penting dalam sastra, baik anak-anak maupun dewasa. Dialah Ari Ambarwati, yang mengangkat humor dalam cerita Lupus Kecil (LK) hingga menarik untuk diangkat sebagai penelitian disertasi yang memotret karakteristik humor anak Indonesia.

Menurutnya, humor banyak dibahas, tapi humor anak-anak belum ada yang membahas, sehingga ia tertarik mengangkat humor anak. Alasan ia memilih cerita serial Lupus Kecil, karena semasa kecil hingga dewasa ia tumbuh dan besar bersama serial Lupus.

“Kalau anak generasi sekarang bisa membaca serial Lupus dan masih bisa tertawa, berarti humor dalam serial Lupus sifatnya universal dan lintas generasi,” kata dosen Bahasa Indonesia di Universitas Islam Malang (Unisma) ini.

Ia juga menambahkan, tokoh dalam serial itu seperti Lupus, Lulu, adik Lupus, Ayah dan Ibu Lupus, mempunya karakteristik jenaka.

“Dalam menghadapai masalah, meredam kecemasan dan ketakutan, tokoh dalam serial Lupus selalu menggunakan humor. Inilah yang saya angkat dan saya polakan dalam metode pembelajaran pada anak-anak SD, supaya mereka bisa memproduksi humor melalu pantun, peribahasa dan teka-teki humor,” katanya, saat ditemui MVoice di ruang FKIP Unisma.

Ternyata, lanjutnya, ia menemukan ada hubungan kecerdasan kognitif dengan kemampuan memproduksi humor. Tanpa kosa kata yang tinggi dan kemampuan baca yang baik, seseorang akan susah memproduksi humor terutama anak-anak. Humor juga menunjukkan keberadaban seseorang.

“Misal ketika mengkritik dan bernegosiasi anak-anak bisa menggunakan humor, itu bagus sekali. Anak-anak juga bisa menghadapai masalah lebih santai alias woles. Mereka mengatasi konflik dengan baik, ” katanya.

Selain itu, Ambar prihatin dengan tuntutan sekolah yang luar biasa tinggi sehingga anak-anak cenderung kehilangan kejenakaan mereka.

“Mereka kan ahirnya juga terpaku terus belajar dan ‘spaneng’ mbak. Pelajaran Bahasa Indonesia menjadi membosankan kan. Nah dengan humor ini harapannya bisa dibawakan jauh lebih menarik,” paparnya.

Ia pun menyarankan guru-guru Bahasa Indonesia untuk menggunakan pola humor untuk memraktekkan ketrampilan membaca.

“Bahasa indonesia harus muncul dalam konteks yang lebih konkrit. Termasuk gerakan literasi sekolah yg bermuatan humor karena lebih menjangkau banyak pembaca,” tuturnya.

Lebih lanjut disertasi Ambar yang berjudul ‘Wacana Humor Dalam Cerita Lupus Kecil’ ini menjadi satu-satunya dan yang pertama mengangkat topik humor di Indonesia.