MALANGVOICE – Tahun lalu, Institut Biosains Universitas Brawijaya (UB) Malang meluncurkan penemuan terbarunya, Kit Diagnostik Antibodi GAD 65. Setelah melalui proses perizinan yang panjang, alat pendeteksi penyakit diabetes melitus pertama di Indonesia itu ditargetkan beredar ke masyarakat tahun ini.
Direktur Institut Biosains UB, Prof Fathcihah, menjelaskan, tahun lalu, penemuan ini terdaftar dengan paten Dirjen HaKI N0. ID 0.022.556. Hasil penelitian yang digarap dan ditemukan Dekan Fakultas Kedokteran Hewan UB, Prof Dr Aulanni’am, kini tersebar hingga ke kancah internasional, misalnya ke Prancis, Taiwan, Thailand, Jepang, Spanyol, Madagaskar, dan Malaysia.
”Tersebarnya produk Kit Diagnostik Antibodi GAD 65 itu belum digunakan untuk pasien, tapi untuk kebutuhan riset saja,” jelasnya.
Barulah setelah proses panjang mengurus perijinan ke Kementrian Kesehatan, Izin edar kotamadya, izin produksi, ijin kerjasama dengan dan Biofarma dan sebagainya, Instititut Biosains UB akan memproduksi massal GAD 65 sebanyak 2 juta unit.
“Rencananya November ini,” tukas dia.
Peredaran kit ini akan dilakukan Kemenkes RI, selanjutnya Biosains UB hanya sebagai produsen. Fathcihah menambahkan, Kemenkes memberikan apresiasi positif, dan berharap alat ini bisa turun hingga ke Puskesmas di daerah-daerah di Indonesia.
Untuk diketahui alat tersebut sangat pas untuk mendeteksi penyakit diabetes secara dini untuk pasien diabetes mellitus tipe 1. Diabetes mellitus bisa menyerang seseorang karena tubuhnya tidak mampu memproduksi hormon insulin sendiri. Sementara hormon insulin sangat berpengaruh pada tubuh. Kekurangan hormon insulin bisa meningkatkan kadar gula dalam darah dan urine.
Selain itu, Kit Diagnostik GAD 65 sudah melalui tes uji laboratorium dan pasien di lapangan pada manusia. Hasilnya bagus, tingkat sensitivitas mencapai 91,67–100 persen.(Der/Yei)