MALANGVOICE – Baru-baru saja diberitakan, sejumlah tokoh masyarakat ditangkap Polda Metro Jaya, jelang berlangsungnya aksi damai 212.
Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Fauzan, ikut berkomentar soal penangkapan itu. Menurutnya, hal itu merupakan rangkaian panjang, mengingat para penegak hukum juga masih mengusut tingkat kemakaran seperti apa.
“Itu tidak sendirian. Itu bagian dari apa yang sudah digembar-gemborkan pemerintah bahwa akan terjadi bentuk pemakaran. Saya kira ini strategi pemerintah untuk menggunakan istilah demo super damai. Ini sebenernya dalam rangka menyaring mana yang murni dan mana yang tidak,” katanya, saat dihubungi MVoice, beberapa menit lalu.
Fauzan menilai, kalau memang peristiwa penangkapan itu terbukti makar, maka harus diselidiki hingga tuntas.
“Tindakan makar tidak bisa dibenarkan, namun jangan terlalu capat mengambil kesimpulan bahwa penangkapan tokoh maupun aksi damai 212 ada pemakaran,” katanya.
Dia menilai ada kebuntuan komunikasi antara penguasa dan masyarakat. Kalau komunikasi lancar, demo pasti tidak akan terjadi berulang-ulang. Menurut saya, pemerintah kurang cepat mengantisipasi. Langkah tepat adalah pemerintah mau menyampaikan dan berdialog pada masyarakat dan kaum muslimin khususnya.
“Sampaikanlah sesuatu yang mengandung nilai keadilan. Misal Jokowi bersama Kapolri, jajaran petinggi negara DPR, MPR. Jokowi di situ bicara akan memimpin negara besar ini dengan seadil-adilnya, menegakkan hukum seadil-adilnya, memberantas korupsi, pungli dan sebagainya. Dengan begitu rakyat akan percaya lagi. Jangan dibuat main-main, karena rakyat bisa marah lagi, demo lagi,” tuturnya.