MALANGVOICE- Perayaan Milad ke-13 Jamalin Kecamatan Tutur berlangsung khidmat sekaligus hangat di Aula KPSP Setia Kawan, Selasa (30/12). Acara ini bukan sekadar peringatan hari lahir organisasi, tetapi menjadi ruang perjumpaan lintas iman yang meneguhkan nilai persaudaraan, toleransi, dan kebersamaan dalam keberagaman.
Sejumlah tokoh dan komunitas lintas agama turut hadir, di antaranya perwakilan GKJW Lawang Pepanthan Wonosari, Gereja Kristen Baitany Nongkojajar, umat Hindu, serta unsur MUSPIKA Kecamatan Tutur. Kehadiran mereka mencerminkan harmoni sosial yang tumbuh dan terawat di tengah masyarakat Tutur.
Serukan Deklarasi Damai, Kegiatan Belajar Mengajar Berjalan Seperti Biasa
Dalam sambutannya, Gus Yusuf Widjaja menegaskan bahwa kebersamaan adalah kunci keindahan dan kebahagiaan hidup. Ia mengingatkan bahwa manusia pada hakikatnya saling membutuhkan satu sama lain.
“Tidak ada keindahan dan kebahagiaan kecuali kebersamaan. Kita adalah manusia yang membutuhkan manusia yang lain. Uwong iku kudu nguwongne uwong,” ujarnya, mengutip pesan Romo Kyai Sholeh.
Suasana acara semakin cair dengan hadirnya Grup Pelawak Abiyoso sebagai pemandu acara. Para alumni Pesantren Ngalah ini menyampaikan pesan toleransi melalui guyonan segar dan membumi. Salah satu celetukan mereka yang menyebut Jamalin Tutur sebagai “jamaah lintas iman” langsung disambut tawa dan tepuk tangan hadirin.
Pesan toleransi kembali ditekankan sebagai laku hidup sehari-hari. Silaturahmi, saling menghormati, dan menjaga kerukunan dipandang bukan hanya sebagai nilai sosial, tetapi juga sebagai bentuk ibadah yang membawa kebaikan dan keberkahan.
Sementara itu, Kepala Koperasi KSPS Setia Kawan, Haji Sulis, menyampaikan apresiasi atas kehadiran Gus dan Ning beserta keluarga besar Pondok Ngalah. Ia menilai kehadiran mereka sebagai kehormatan sekaligus penguat semangat kebersamaan dalam kehidupan sosial masyarakat Tutur.
Menjelang prosesi pemotongan tumpeng, Pengasuh Jamalin Tutur, Gus H. Ahmad Saikhu Sholeh, menyampaikan pesan kebangsaan. Ia mengajak seluruh hadirin untuk terus mencintai Indonesia dan menjaga persatuan di tengah perbedaan.
“Sesama warga Indonesia, mari mencintai bersama Negara Indonesia. Saya sangat berbahagia atas pertemuan dan penghormatan dari saudara lintas iman. Semoga Indonesia terus rukun seperti saat ini, demi kejayaan dan kesejahteraan bersama,” tuturnya.
Puncak acara ditandai dengan pemotongan tumpeng yang diawali doa lintas iman. Doa dipimpin secara bergantian oleh Pdt. Sevi Niasari dari Kristen, Pandita Wagiso dari Hindu, dan Gus H. Ahmad Saikhu Sholeh. Doa bersama ini menjadi simbol kuat persatuan spiritual lintas keyakinan dalam bingkai kebangsaan Indonesia.
Perayaan Milad ke-13 Jamalin Tutur menegaskan toleransi bukan sekadar wacana. Ia hidup dan nyata dalam kebersamaan, saling menghormati, serta komitmen bersama untuk merawat persatuan dan cinta tanah air.(der)