MALANGVOICE- Pemkot Malang berupaya mempertahankan Piala Adipura tahun 2025 ini. Melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH), beberapa persiapan dilakukan saat penilaian tahap ketiga.
Plh Kepala DLH Kota Malang, Gamaliel Raymond Hatigoran, tim penilai Adipura sudah melakukan peninjauan ke ke beberapa tempat. Ia mengaku penilaian tahap ketiga menjadi kunci apakah bisa mendapatkan penghargaan Adipura.
“Mereka mengecek dan lihat langsung kondisi pengolahan sampah yang ada di lingkungan warga RT, RW, lingkungan sekolah mulai SD SMP SMA, dan di tempat umum serta pasar,” katanya.
Lepas Jenazah Istri, Wahyu Hidayat Kenakan Pakaian Terakhir yang Disiapkan Almarhumah
Ia mencontohkan penilaian di SMAN 2 Malang dilakukan secara detail. Tim melihat bagaimana sekolah itu melakukan pengolahan sampah.
“Apa ada komposting, apa ada model resapan biopori dan apakah berfungsi apa tidak. Mereka lakukan hal sama di tempat berbeda di kegiatan sebelumnya,” imbuhnya.
Selama penilaian itu Raymond menyebut tidak ada kendala, namun ada beberapa yang menjadi catatan. Yakni lokasi tempat sampah di sekitaran kampus.
“Ada TPS di sekitar kampus seperti di depan UB dan UM itu yang perlu diperbaiki. Karena waktu tim penilai Adipura mengecek ke sana waktu malam hari masih banyak sampah menumpuk,” katanya.
Ia berharap temuan tim itu tidak berpengaruh banyak dengan penilaian secara keseluruhan sejak tahap pertama yang dilakukan pada Oktober lalu.
“Karena memang malam hari sehingga sampah bekas PKL belum diangkut. Tapi ketika pagi hari sudah kami pastikan bersih. Kami juga mengimbau PKL dan mahasiswa di sana saling menjaga kebersihan bersama,” lanjutnya.
Selain itu yang menjadi sorotan adalah keberadaan bank sampah. Saat tim penilai di Cemorokandang ada beberapa bank sampah yang tidak aktif, hal itu juga menjadi catatan.
Kemudian saat pengecekan di TPST Supit Urang tim penilai menyebut harus mengoptimalkan pengolahan sampah menggunakan sanitary landfill.
“Penilaian di Supit Urang itu sangat krusial karena menjadi titik akhir pengolahan sampah. Selama ini kami sudah maksimal bagaimana dalam mengolah sampah di sana termasuk memberikan semprotan bakteri untuk meminimalisir gas metan,” tegas Raymond.
Ia mengaku mempertahankan Piala Adipura sangat sulit tahun ini karena ada perbedaan penilaian. Namun Raymond berharap Kota Malang masih bisa mendapatkan penghargaan tersebut yang diumumkan Februari 2026.
“Memang sekarang agak ketat, semoga tidak turun ke sertifikat tapi tetap mempertahankan Piala Adipura,” tutupnya.(der)