MALANGVOICE– Museum bukan lagi dipandang sebagai tempat menyimpan koleksi artefak-artefak peninggalan masa lampau. Di era masa kini, peran museum lebih berkembang dan memusatkan perhatian pada dampak keberadaannya bagi masyarakat. Menciptakan suatu pengalaman menyeluruh tentang bagaimana budaya itu dirasakan, dihidupi, dan diwariskan.
Paradigma baru membentuk rancangan konsep baru mengenai peran museum agar dapat mengintegrasikan pameran dan event sebagai upaya memberikan pengalaman edukatif kepada pengunjung. Salah satu konsep baru yang diusung yakni living museum (museum hidup). Konsep museum hidup menekankan pada aspek aktivitas masyarakat dengan tradisi yang masih hidup dan mendukung upaya pelestarian serta informasi sebuah wilayah.
Kini konsep museum hidup mulai ditancapkan di Kota Batu, tepatnya di Taman Rekreasi Selecta. Daya tarik wisata legendaris itu diresmikan sebagai Living Museum oleh Wakil Menteri Kebudayaan, Giring Ganesha. Agenda peresmian tersebut termasuk dalam salah satu rangkaian Indonesia Creative Cities Festival (ICCF) 2025 yang dipusatkan di kawasan Malang Raya. Penetapan ini menegaskan Selecta bukan sekadar destinasi wisata, melainkan ruang hidup yang menyimpan narasi penting berdirinya Indonesia.
Penetapan ini menandai babak baru Selecta. Dari ruang rekreasi rakyat menjadi ruang rekreasi sejarah. Dari tempat piknik menjadi tempat merasakan kembali denyut awal republik. Sebuah upaya merawat ingatan bangsa dengan cara yang tetap hangat, egaliter, dan dekat dengan masyarakat.
Direktur Utama Selecta, Sujud Hariadi, menegaskan bahwa konsep Living Museum berbeda dari museum konvensional. Bukan soal menampilkan artefak kaku di balik kaca, melainkan pengalaman yang membawa pengunjung menyelami suasana masa lalu secara nyata.
“Kami merawat bangunan-bangunan lama agar tetap hidup. Selecta sejak dulu adalah ruang piknik rakyat, ruang di mana orang kembali merasakan suasana dulu. Ini yang kami jaga. Tagline kami: Truly Piknik. Piknik yang mengembalikan kenangan orang makan di tikar, menikmati rumput, merasakan sejarah yang hadir tanpa dipaksakan,” ungkap Sujud.
Ia menambahkan, sejarah Selecta erat dengan kisah Bung Karno dan Bung Hatta saat menyusun pikiran dan gagasan besar yang kelak menjadi fondasi berdirinya Republik. Kini, jejak ruang itu kembali dipetakan dan diangkat menjadi narasi resmi kebudayaan.
Wakil Menteri Kebudayaan RI Giring Ganesha menyatakan bahwa Selecta adalah bukti kuat sejarah ekonomi kerakyatan yang terus terjaga hingga kini.
“Kamar di Selecta ini menjadi saksi sejarah berdirinya Indonesia. Tempat Bung Karno dan Bung Hatta menulis dan merumuskan pemikiran bangsa. Ini bukan hanya destinasi wisata, tapi ruang pembelajaran sejarah yang hidup di tengah pemandangan alam,” ujarnya.
Giring menegaskan bahwa konsep Living Museum merupakan pendekatan baru yang lebih sesuai dengan generasi muda. Museum bukan lagi tempat menyimpan benda mati, tapi ruang aktivitas dan pengalaman.
“Di sini pengunjung bukan hanya melihat, tapi merasakan. Ini yang akan kami dorong. Kami dari Kementerian Kebudayaan siap memperkuat jaringan dan kolaborasi untuk mengembangkan Selecta serta living museum di daerah lain,” tegasnya.
Berdiri di lahan seluas 18 hektar, Taman Rekreasi Selecta menampilkan keindahan hamparan taman bunga berwarna-warni. Destinasi wisata ini merupakan objek wisata legendaris di Kota Batu yang didirikan warga negara Belanda sekitar 1928 lalu. Dulunya di era pendudukan kolonial Hindia Belanda, tempat ini jadi lokasi peristirahatan dan spot rekreasi favorit bagi kalangan warga Belanda.
Lokasi ini dipilih lantaran udaranya sejuk dan bentang alam yang dikepung pegunungan. Menawarkan pemandangan yang menawan dengan pemandangan Gunung Panderman, Welirang dan Arjuno. Karena itu tempat rekreasi yang sudah memiliki usia puluhan tahun ini sudah menjadi idola sejak zaman dahulu.
Selecta pernah menjadi tempat beristitrahat Presiden pertama RI, Soekarno. Waktu itu Bung Karno menginap di salah satu villa yang dulunya bernama Villa De Brandarice, kemudian berganti nama menjadi Villa Bima Sakti yang kini ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya di Kota Batu.
Peninggalan arsitektur bergaya kolonial Hindia Belanda masih tetap dipertahankan hingga kini. Jejak peninggalan masa lampau itu magnet memikat wisatawan. Setiap liburan tiba tempat ini seakan tidak pernah sepi dan absen dari pengunjung.
“Jadi selain berwisata, ada pengalaman lain yang bisa didapat oleh wisatawan saat berkunjung ke sini. Salah satunya adalah kisah sejarah. Jadi juga ada sisi edukasinya,” tutur Direktur Taman Rekreasi Selecta, Pramono.
Ada beberapa bangunan era Hindia Belanda yang masih berdiri kokoh, Mulai Hotel Selecta, Selecta 1, Villa Bima Shakti hingga Restoran Asri. Nantinya pihak Selecta akan menata pengenalan wisata heritage kepada masyarakat umum. Langkah awal untuk memulai itu, manajemen Selecta membuat batu prasasti yang ditempatkan di areal Taman Bunga. Dalam prasasti itu juga disematkan replika tulisan tangan dari duo proklamator RI, Bung Karno dan Bung Hatta.
“Kenang-kenangan pada Selecta tetap hidup dalam ingatan saja. Bukan sadja karena tamasja jang indah, tetapi djuga karena di Selecta itu beberapa putusan penting mengenai perdjoangan Negara telah saja ambil,” demikian tulis Bung Karno pada 1 Maret 1955.
Sementara itu, Wali Kota Batu, Nurochman menyampaikan, penetapan Taman Rekreasi Selecta sebagai Living Museum karena nilai sejarah dan kontribusinya terhadap perkembangan pariwisata di Batu.
“Selecta berdiri sejak 1920, jauh sebelum pariwisata modern berkembang. Ia adalah tonggak awal dan identitas pariwisata Batu yang terus hidup hingga kini,” kata Cak Nur.
Destinasi wisata ini, kata dia tak hanya legendaris, tapi juga mewariskan nilai-nilai pariwisata berbasis ekonomi kerakyatan yang masih eksis hingga kini.
”Selecta menjadi satu-satunya tempat wisata di Indonesia yang sahamnya dimiliki secara kolektif oleh masyarakat. Meski begitu, mereka tetap kreatif dan adaptif sehingga tetap eksis hingga saat ini dan menjadi identitas Kota Batu. Jadi, hal seperti inilah yang harus kita suarakan lebih luas,” ujarnya.(der)