MALANGVOICE- Museum Bank Indonesia (BI) di kawasan Kota Tua bukan sekadar menyimpan koleksi uang kuno. Di balik dinding berarsitektur kolonial ini, tersimpan “harta karun” koleksi uang unik yang menjadi saksi perjalanan ekonomi Indonesia dari masa ke masa dan tersimpan sejumlah artefak bersejarah yang jarang diketahui publik namun punya nilai cerita tinggi tentang perjalanan ekonomi Indonesia.
Salah satunya adalah “uang peralihan” zaman kemerdekaan yang dicetak darurat pemerintah RI untuk menggantikan mata uang kolonial. Ada pula mesin cetak uang lawas berusia lebih dari seabad yang dulunya digunakan di De Javasche Bank, kini masih terawat rapi.

Ekonomi Malang Raya 2025 Diproyeksi Tumbuh Hingga 5,5 Persen
Selain itu Pengunjung dapat melihat langsung ORI (Oeang Republik Indonesia), uang pertama yang diterbitkan pemerintah RI setelah merdeka pada 1945. Bentuknya sederhana, namun nilai historisnya tinggi sebagai simbol kedaulatan moneter bangsa.
Tak kalah menarik, museum ini juga memajang uang kertas De Javasche Bank era kolonial Belanda yang klasik, uang pendudukan Jepang (Dai Nippon) pada masa perang, hingga koin logam dan emas batangan yang dulunya menjadi cadangan devisa negara.
Selain itu, koleksi uang peringatan edisi terbatas dengan desain khusus turut menghiasi ruang pamer. Semua koleksi tersebut ditata interaktif dengan teknologi multimedia sehingga pengunjung tak hanya melihat benda langka, tetapi juga mendapat cerita mendalam di baliknya. Museum BI benar-benar menjadi “ruang rahasia” sejarah ekonomi yang bisa diintip siapa saja.
Hal menarik lainnya, museum ini memajang dokumen perbankan dan surat berharga kuno yang menandai lahirnya sistem moneter nasional. Pengunjung juga bisa melihat koleksi emas batangan yang dulu menjadi cadangan devisa, serta diorama peristiwa penting ekonomi seperti nasionalisasi bank asing pasca 1945.

Koleksi lain yang menarik adalah Ruang Emas Moneter, tempat dipajang replika emas batangan seberat 13,5 kilogram per batang. Tak ketinggalan, museum juga memamerkan artefak Krisis Moneter 1998, seperti mesin ATM rusak hingga motor bekas dibakar, yang menggambarkan kekacauan ekonomi saat itu.
Megahnya gedung putih yang menjadi salah satu ikon wisata edukasi di Kota Tua Jakarta ini juga tak lepas dari sejarah.
Bangunan De Javasche Bank yang didirikan sejak 1828 itu merupakan pusat ekonomi era kolonial Belanda. Bangunan itu dirancang arsitek Belanda Eduard Cuypers. Lalu pada 1 Juli 1953 dinasionalisasikan menjadi Bank Indonesia (BI) ). Selanjutnya gedung itu diresmikan sebagai Museum BI pada 21 Juli 2009 oleh Presiden RI saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono.
Kini Museum Bank Indonesia kerap dikunjungi wisatawan lokal maupun luar negeri. Kapasitasnya pun bisa mencapai ribuan orang dengan harga tiket yang terjangkau.
Para wisatawan pun tak hanya sekadar jalan-jalan, mereka bisa mendapat pendampingan dari tour guide yang menjelaskan rinci setiap benda yang terpajang dan sejarahnya.
Salah satu pengunjung asal Malang, Rizky, tak ketinggalan merasa takjub dengan kemegahan bangunan era kolonial di Museum Indonesia. Ia mengaku baru pertama kali melihat bangunan masih kokoh meski sudah berumur satu abad lebih.
“Dari luar tampak megah apalagi ketika masuk di dalamnya. Di sini sangat bagus dan terawat menunjukkan bagaimana sistem perbankan berjalan di masa lalu,” katanya.(der)