MALANGVOICE- Kasus stunting terus menjadi perhatian Pemkot Malang. Setiap tahun kasus tersebut diupayakan ditekan untuk meningkatkan kualitas generasi anak di masa mendatang.
Kabid Kesehatan Masyarakat Dinkes Kota Malang, drg Muhammad Zamroni, mengatakan, tahun 2021, persentase angka stunting tercatat sebesar 25,7%, lalu turun menjadi 18,4% di tahun 2022, dan menjadi 17,3% di tahun 2023.
Berdasarkan bulan timbang pun, prevalensi stunting bergerak turun dari tahun ke tahun. Pada tahun 2021 terekam sebesar 9,4% dan turun menjadi 8,1% pada bulan September tahun 2024.
Haru dan Harap Bercampur saat Antarkan Ratusan Peserta Didik SR
Stunting pada anak banyak disebabkan oleh tiga faktor, pertama pola pengasuhan, masalah ekonomi, dan penyakit.
“Kondisi stuntung di Kota Malang menurun, cuma 2024 kemarin mengalami kenaikan. Untuk menekan itu dilakukan beberapa upaya, termasuk mengajarkan pola asuh anak karena itu yang paling banyak masalahnya ditemukan,” kata Zamroni.
Sementara itu dari data Dinkes Kota Malang, kawasan paling banyak ditemukan stunting ada di wilayah Kedungkandang. Sedangkan di Klojen sempat zero stunting, namun semua wilayah masih perlu diwaspadai.
“Kami upayakan penekanan seminimal mungkin. Nantinya kami juga akan kerja sama dengan perguruan tinggi melalui program Kampus Bergerak Peduli Stunting yang disebar di 57 kelurahan,” tegasnya.
Karena itu melalui CSR RS Hermina dalam rangka memperingati Hari Anak dengan melakukan skrining balita dan seminar awam stunting dan wasting bersama Puskesmas Arjuno dan Bareng, Rabu (23/7), besar harapan bisa menambah wawasan orang tua dalam mengasuh anak dengan benar.
Direktur RS Hermina Tangkubanprahu, dr Agnes Widayu Estiningsih MMRS, mengatakan, CSR ini merupakan dukungan dari program Ngalam Tahes dari Wali Kota Malang.
“Kami melihat stunting menjadi masalah krusial untuk menyokong generasi emas masa mendatang,” katanya.
Selain itu, RS Hermina juga mempunyai program unggulan satunya tumbuh kembang anak dengan kerja sama dengan Puskesmas Arjuna dan Bareng lakukan skrining, terutama anak yang alami gejala stunting.
Hasilnya dari ratusan anak yang sudah diskrining terdapat 40 anak yang mengalami stunting. Karena itu, seluruh anak tersebut bersama orangtuanya diajak untuk mengikuti seminar dan dicek kesehatannya secara berkala.
“Makanya kami selipkan materi dari dokter untuk menjaga pola gizi pada anak, sehingga kita memberikan materi ke ibu-ibu apa makanan yang seimbang untuk perkembangan anak,” tegasnya.(der)