Limbah Jadi Cuan: Kampung Sanan Menciptakan Berbagai Produk Olahan Limbah Tempe Bernilai Jual Tinggi

*(Oleh: Yemima Aprillia

MALANGVOICE- Tidak ingin berhenti dikenal menjadi sentra industri tempe dan keripik
tempe khas Kota Malang. Lebih dari itu, kini Kampung Sanan yang bertempat di Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang telah menjelma menjadi pionir dalam inovasi pengelolaan limbah, sebuah gerakan yang mengubah ‘limbah’ menjadi sumber ‘cuan’ yang menjanjikan. Inisiatif cerdas yang digagas komunitas kecil bernama GOSOYA yang dipimpin oleh Dra. Trinil Sri Wahyuni, patut diakui dan layak menyandang predikat “Kampung Zero Waste” pertama di Kota Malang.

Komunitas ini berdiri pada tahun 2021, berawal dari visi dan misi para pegiat inovasi limbah yang terdiri dari ibu-ibu Kampung Sanan dan akhirnya dapat menciptakan kampung yang bersih dari limbah tetapi cuan tetap mengalir deras. Komunitas yang diketuai oleh Bu Trinil saat ini beranggotakan 20 orang. Komunitas ini berfokus pada pengolahan limbah hasil olahan tempe menjadi berbagai macam produk dengan desain kreatif yang diminati semua kalangan. Mulai dari brownies, cookies, macaroon, puding silky, hingga stik mendol dan stik tempe, semua produk tersebut dihasilkan dari bahan baku tepung limbah kulit kedelai. Ini adalah bukti nyata bagaimana inovasi dapat menyulap limbah sisa produksi menjadi komoditas pangan bernilai tinggi.

Wali Kota Batu: Ruang-ruang Kreatif Tak Boleh Dibatasi Aturan

Suasana salah satu dapur produksi keripik tempe di Kampung Sanan, tempat limbah dihasilkan
dan kemudian diolah menjadi produk bernilai dan ibu-ibu Kampung Sanan yang tengah mengolah tempe.
Rabu (4/6/2025), (Yemima Aprillia)

Selama bertahun-tahun, produksi tempe dan keripik tempe di Kampung Sanan menghasilkan
limbah padat dan cair yang tidak sedikit. Tetapi dari dulu, limbah yang dihasilkan tidak pernah terbuang sia-sia, semua dialokasikan untuk keperluan pakan ternak sapi yang dimiliki warga Kampung Sanan. Namun berkat kegigihan dan visi para pegiat lokal yang akhirnya menjadi komunitas GOSOYA, limbah yang tadinya hanya untuk pakan ternak sapi bisa menjadi beraneka ragam produk kreatif berupa makanan yang dapat dikonsumsi dengan rasa yang patut diacungi jempol. Ini adalah lompatan besar dari sekadar pemanfaatan fungsional menjadi
penciptaan nilai ekonomi yang jauh lebih tinggi, menunjukkan potensi tersembunyi dari sisa produksi yang selama ini mungkin diremehkan.

“Saya di tahun 2018 sudah menjadi Perempuan Inspiratif tingkat Kota Malang, saat itu saya memperkenalkan limbah air rebusan kedelai itu bisa diolah menjadi nata de soya yang juga merupakan berkat bimbingan dari salah satu akademisi di Kota Malang yang akhirnya terciptalah nata de soya yang saat itu dinikmati langsung oleh Pak Sandiaga Uno,” jelas Trinil selaku ketua dari Komunitas GOSOYA. Setelah inovasi pertama yang digagas oleh Bu Trinil di
tahun 2018 berupa pengolahan limbah air rebusan kedelai menjadi nata de soya, inovasi tersebut justru semakin meledak gaungnya ketika Pandemi COVID-19 melanda di tahun 2021.

Pada tahun pandemi saat itu limbah terbengkalai dan tidak terjual atau terolah dengan baik karena situasi dan kondisi yang tidak memadai. Akhirnya para pegiat inovasi limbah dan salah satu akademisi menciptakan limbah kedelai menjadi tepung kulit kedelai yang dapat diolah menjadi berbagai macam produk olahan. Pandemi justru menjadi katalisator bagi inovasi yang kini membawa Kampung Sanan ke puncak perhatian.

“Saat itu booming-boomingnya ketika
pariwisata baru dibuka yang membuka untuk event pertama kali di seluruh Indonesia adalah Kampung Sanan, saat itu ada festival kuliner tempe yang terdapat bazaar membuat olahan tempe, jadi pada saat itu pemanfaatan limbah yang ada di Kampung Sanan ditunjukkan,” jelasnya.

“Anggota Ibu mengolah limbah-limbah itu untuk dijadikan cuan, cuan, cuan, jadi dari hulu ke hilir tidak ada yang tersisa,” Trinil menambahkan.

Kampung Sanan berhasil mempertahankan prinsip Zero Waste dengan pemanfaatan limbah basah dari air rebusan kedelai, kulit kedelai, limbah keripik tempe semuanya dijadikan produk olahan yang akhirnya memiliki nilai jual. Dengan desain packaging yang unik bernama “SOYGOO” dan cocok di mata semua kalangan, inovasi
produk dari limbah tempe Kampung Sanan tidak hanya enak, tetapi juga bernilai jual tinggi. Amanah untuk menyiapkan 1.780 goodie bag untuk event PORPROV tahun 2025 adalah bukti nyata pengakuan atas dedikasi dan kualitas produk mereka.

Tidak kalah membanggakan, keuntungan yang diperoleh GOSOYA juga dialokasikan kembali
untuk pembelian mesin-mesin yang dapat mendukung proses produksi tempe dan keripik
tempe bagi warga Kampung Sanan yang tergabung dalam komunitas ini atau warga yang pro terhadap GOSOYA. Ini menegaskan Kampung Sanan tidak hanya berhasil mencapai prinsip Zero Waste, tetapi juga telah memberikan pelajaran berharga bahwa pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan ekonomi dapat dicapai melalui inovasi berbasis komunitas yang saling mendukung dan berkelanjutan.

Yemima Aprillia
Mahasiswa Universitas Brawijaya
Ilmu Komunikasi 2023

spot_img

Berita Terkini

Arikel Terkait