MALANGVOICE– Kasus deman berdarah dengue (DBD) di Kota Batu menurun signifikan selama triwulan pertama 2025. Hasil positif ini perlu disertai pula dengan upaya pencegahan agar penyakit yang disebabkan nyamuk aedes aegypti itu tak kembali melonjak.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Batu, dr Susana Indahwati mengatakan bahwa hingga Maret 2025, total kasus DBD di Kota Batu hanya 42 kasus. Pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk tidak lengah dan tetap menjaga lingkungan serta memberantas sarang nyamuk.
Revisi RKUHAP Jadi Sorotan, Pakar: Harus Tuntas Sebelum 2026
“Dari jumlah rincian tersebut memiliki rincian 16 kasus DBD pada Januari, 10 kasus di bulan Februari, dan 16 kasus di bulan Maret,”jelas dr Susan.
Ia menjelaskan bahwa angka kasus DBD di tiga bulan pertama di tahun 2025 ini mengalami penurunan signifikan dibandingkan periode yang sama di tahun 2024. Karena dalam tiga bulan di tahun tersebut angka DBD Kota Batu mencapai 84 kasus.
“Sebagai perbandingan, pada Maret 2024, Kota Batu mencatat lonjakan hingga 84 kasus, termasuk dua kematian yang disebabkan murni oleh DBD. Lonjakan ini menjadikan beberapa wilayah seperti Kelurahan Temas dan Desa Punten masuk dalam zona merah kala itu,” jelas Susan.
Meski terjadi penurunan kasus di 2025, Dinkes Kota Batu tetap mengimbau masyarakat untuk tidak lengah. Kewaspadaan dan antisipasi harus terus dilakukan. Untuk itu dinkes tetap mengajak warga untuk tetap melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Yakni menguras, menutup, dan mendaur ulang (3M). Langkah ini harus tetap dilaksanakan sekaligus menjadi andalan utama dalam memutus siklus hidup nyamuk aedes aegypti, yang menjadi penyebab utama penularan virus DBD.
Susan menegaskan bahwa PSN 3M Plus sebaiknya dilakukan minimal satu kali dalam seminggu. Hal ini adalah langkah paling efektif, aman, dan murah untuk mengendalikan penyebaran DBD.
“Dengan komitmen dan kesadaran kolektif warga, diharapkan tren penurunan ini bisa terus dipertahankan sepanjang tahun 2025,” tandasnya.(der)