MALANGVOICE– Kawasan Alun-Alun Kota Batu penuh sesak oleh ratusan masyarakat pada Rabu malam (27/8).
Suasana gegap gempita begitu terasa saat para massa larut dalam euforia merayakan kemenangan paslon Nurochman-Heli Suyanto (NH) yang diusung koalisi PKB-Gerindra itu.
Ratusan massa yang berkumpul terlihat antusias menanti kedatangan Nurochman-Heli yang diarak dengan mobil bak terbuka menuju Masjid An-Nur di jantung Kota Batu.
Hasil Survei Internal Paslon NH Unggul dengan Tingkat Dukungan 42,50 Persen
Kemenangan dirayakan masyarakat dan pendukung setelah mengetahui hasil hitung cepat Pilkada Batu Nurochman. Sejumlah lembaga survei menunjukkan paslon Nurochman-Heli (NH) unggul dibandingkan kandidat lainnya, yakni Firhando Gumelar-H. Rudi (GURU) dan Kris Dayanti-Kresna Dewanata Prosakh (KriDa).
Berdasarkan hasil hitung cepat yang diselenggarakan lembaga survei Avemedia Research, paslon NH mendapat 50,16 persen. Paslon GURU mendapat 29,53 persen dan KriDa mendapat 20,31 persen. Total data yang masuk 100 persen dengan tingkat partisipasi pemilih 82,39 persen.
Tak jauh berbeda, hasil hitung cepat yang dilakukan Bakesbangpol Batu menunjukkan paslon NH unggul. Perolehan suara NH sebesar 65.838 suara atau 50,3 persen. Sementara pesaingnya paslon GURU tingkat keterpilihannya sebesar 29,6 persen atau 38.763 suara. Disusul kemudian paslon KriDa yang mengemas 26.335 suara atau 20,1 persen.
Sejarawan dan Budayawan, Dwi Cahyono melihat dominasi perolehan suara Nurochman-Heli ini menjadi suatu momentum tonggak sejarah baru. Karena memberikan warna baru dan membedakan dengan era pemerintahan Kota Batu sebelumnya yang notabene selalu dipegang oleh kepala daerah bukan berasal dari Kota Batu.
“Bisa dikatakan, sejak masih kotatif hingga ditetapkan jadi kota, pemerintah Kota Batu selalu dipegang oleh orang luar Batu. Baru, setelah 2 dasawarsa atau hampir seperempat abad, Kota Batu dipimpin oleh putra daerah,” ujar Dosen Ilmu Sejarah Universitas Negeri Malang (UM) tersebut.
Dwi melihat ada spirit lokal yang menguat, lantaran masyarakat Kota Batu sudah jengah dipimpin oleh kepala daerah yang berasal dari luar Batu. Sehingga akumulasi kehendak masyarakat turut berkontribusi besar atas menguatnya keterpilihan Nurochman-Heli di Pilkada 2024 dibandingkan dua paslon lainnya.
Dwi menilai ada nilai postif ketika Kota Batu dipimpin putra daerah. Asumsinya, jika yang memegang pemerintahan orang asli Batu, maka sangat tahu betul karakter dan ekososiokultural. Sehingga rancangan arah pembangunan dan kebijakan sesuai dengan nilai-nilai kearifan lokal yang tumbuh di masyarakat.
“Mereka tahu betul Kota Batu dan karakter ekososiokultural. Lingkungannya, alamnya, masyarakatnya dan budayanya khas. Pastinya arahnya lebih mengutamakan kesejahteraan bagi orang Batu, bukan lagi investor dari luar,” jelas Dwi.
Karena pada era pemerintahan sebelumnya, kran investasi dibuka agar investor-investor dari luar masuk ke Kota Batu. Hal ini memacu pertumbuhan dan pembangunan Kota Batu yang makin pesat. Namun hal ini bukan tanpa konsekuensi karena meski begitu, hanya segelintir kelompok saja yang menikmati hasil dan dampak lainnya berupa kerusakan ekologis seiring maraknya pembangunan.
“Justru saya senang, karena kemenangan Nurochman-Heli ini momentum setelah dua dekade Kota Batu dipimpin orang luar. Saya melihat spirit lokalnya menguat, karena masyarakat ingin dipimpin oleh putra daerah. Dengan dipimpin orang Batu, diharapkan pembangunan bisa dikembangakna sesuai karakter ekososiokultural dan kue pembangunan bisa memberikan berkah secara adil bagi masyarakat,” pungkas Dwi.(der)