MALANGVOICE- Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis hasil survei elektabilitas paslon di Pilkada Kota Malang 2024.
Survei yang dilakukan pada 11-17 November 2024 melibatkan 880 responden yang merupakan warga Kota Malang. Metode pengambilan survei ini dilakukan dengan wawancara tatap muka dan pengisian kuisioner. Adapun angka margin of error mencapai 3,4 persen.
Hasilnya, paslon nomor urut 1, Wahyu Hidayat-Ali Muthohirin (Wali) menjadi yang tertinggi elektabilitasnya sebesar 41,3 persen. Disusul HM Anton-Dimyati Ayatulloh (Abadi) dengan 34,5 persen dan terakhir pasangan Heri Cahyono-Ganis Rumpoko sebesar 14,3 persen. Lalu suara 0,2 persen dan rahasia atau belum menjawab ada di angka 9,7 persen.
Teras KriDa Menjadi Jantung Komunitas Warga untuk Tumbuh dan Maju Bersama
“Ini elektabilitas terbaru per hari ini dari kami. Tentu ini bisa berbeda di kemudian hari, karena masih dinamis. Dalam konteks riset, juga sah sah saja ada perbedaan. Tergantung kapan waktu riset diambil, jumlah responden, metodologi dan track revord lembaga surveinya sendiri,” kata peneliti LSI Denny JA, Fadly Fakhri Fauzan.
Selain itu, di survei Cawawali Kota Malang, Ali Muthohirin meraih elektabilitas tertinggi sebesar 37,3 persen. Sementara Dimyati Ayatulloh mendapat 29,3 persen disusul Ganisa Pratiwi Rumpoko 14,1 persen. Sedangkan jawaban rahasia atau belum menjawab sebesar 19,3 persen.
Fadly menyebut ada lima alasan paslon Wahyu-Ali unggul dalam survey itu. Antara lain elektabilitas yang tinggi antara kedua pasangan tersebut, kemudian yang kedua meraih kesukaan paling tinggi diantara kedua paslon lain.
“Yang ketiga adalah program yang sesuai kebutuhan masyarakat, kemudian unggul waktu debat, dan terakhir terkait isu korupsi,” jelasnya.
Sementara itu, Pengamat politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Brawijaya, Ja’far Muhammad memandang hasil survei LSI Denny JA cukup menarik untuk diperhatikan.
“Karena dulu, sekitar bulan Juli 2024, pasangan Abah Anton-Dimyati unggul. Tadi 6 bulan setelahnya, di November ini, berbalik jauh. Ini kan menarik. Artinya ada perubahan perilaku politik dari masyarakat Kota Malang,” paparnya.
Dia mengatakan pemilih saat ini memang cenderung melihat latar belakang calon pemimpinnya. Dikatakan, popularitas calon pemimpin belum tentu selaras dengan tingkat kesukaan publik.
“Saya melihat masyarakat lebih memandang figur. Masyarakat sudah bisa membanding bandingkan. Masyarakat Kota Malang ini saya rasa juga sudah cerdas. Informasi yang ada itu dicerna, melihat debat, program program itu juga menentukan pilihan mereka,” tandasnya.(der)